Jumat, 26 April 2013

Laporan Kunjungan Observasi Bosscha

BOSSCHA
LAPORAN OBSERVASI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah
“Belajar dan Pembelajaran Fisika”
Dosen:Drs. Yudi Dirgantara , M.pd







Disusun Oleh  :
                                       Rizky ulfah ijati                             12102070
Shandyka G T                               1210207097
Shevty Riany                                 1210207098
Tika Mulyasari                               1210207107

Pendidikan Fisika/B/II
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2011
KATA PENGANTAR
ﺒﺴﻢﺍﷲﺍﻠﺮﺤﻤﻦﺍﻠﺮﺤﻴﻢ
Puji syukur alhamdulillah penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus untuk menjadi rahamat bagi seluruh alam, kepada keluarganya, sahabatnya, serta kita selaku umatnya. Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah.
Makalah ini menjelaskan secara ringkas mengenai “HADITS DARI PERSFEKTIF JUMLAH PERAWI” Penulis menyadari akan kekurangan dari makalah ini. Karena “Tak ada gading yang tak retak”. Oleh karena itu, saran dan masukan dari berbagai pihak sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah ini dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat berguna bagi kita semua.


Bandung, Mei 2011

Penulis




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................2
A.    Sejarah singkat Bosscha........................................................................2
B.     Jenis perangkat teknologi observatorium Bosscha.......................3
C.    Hasil pengamatan observatorium Bosscha......................................10
D.    Keterkaitan observatorim Bosscha dengan kurikulum................10
BAB III PENUTUP.................................................................................11
A.    Kesimpulan.............................................................................................11
B.     Saran........................................................................................................11
BAB I
Pendahuluan
A.    Latar belakang
Saat ini banyak sekali mahasiswa pendidikan fisika yang belum mengetahui pembahasan fisika mengenai astronomi, sehingga perlu diadakan pembelajaran yang langsung ketempat observasinya agar proses pembelajaran bisa berjalan maksimal. Selain itu, kita bisa mengetahui alat alat untuk memperjelas konsep- konsep fisika. Sebab selama ini mahasiswa kurang bahkan tidak tahu sama sekali terhadap alat- alat tersebut. lebih jauhnya lagi dengan melakukan kunjungan ini kita bisa menciptakan alat- alat sederhana untuk memperjelas konsep fisika.
B.     Tujuan dan fungsi kunjungan lapangan
Adapun tujuan dan fungsi kunjungan lapangan ini adalah:
1.      Untuk Memperkaya wawasan tentang konsep fisika mengenai astronomi.
2.      Untuk Menambah pengetahuan tentang alat- alat untuk memperjelas konsep fisika.
3.      Untuk Mempererat rasa persaudaraan sesama mahasiswa.
C.    Manfaat dari kunjungan lapangan
Adapun manfaat dari kunjungan lapangan ini kita bisa mendapatkan ilmu dan pengalaman yang  selama ini belum kita ketahui dan kita dapatkan. Sebab belum tentu kita memdapatkan semua itu dengan hanya membaca buku.
D.    Peserta kunjungan lapangan
Peserta dalam kunjungan ke observatorium Bosscha dan museum iptek adalah mahasisiwa pendidikan fisika semester genap angkatan pertama.



BAB II
Pembahasan

A.    Sejarah singkat Bosscha
Observatorium Bosscha (dahulu bernama Bosscha Sterrenwacht) dibangun oleh Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV) atau Perhimpunan Bintang Hindia Belanda. Pada rapat pertama NISV, diputuskan akan dibangun sebuah observatorium di Indonesia demi memajukan Ilmu Astronomi di Hindia Belanda. Dan di dalam rapat itulah, Karel Albert Rudolf Bosscha, seorang tuan tanah di perkebunan teh Malabar, bersedia menjadi penyandang dana utama dan berjanji akan memberikan bantuan pembelian teropong bintang. Sebagai penghargaan atas jasa K.A.R. Bosscha dalam pembangunan observatorium ini, maka nama Bosscha diabadikan sebagai nama observatorium ini.Pembangunan observatorium ini sendiri menghabiskan waktu kurang lebih 5 tahun sejak tahun 1923 sampai dengan tahun 1928.
Publikasi internasional pertama Observatorium Bosscha dilakukan pada tahun 1933. Namun kemudian observasi terpaksa dihentikan dikarenakan sedang berkecamuknya Perang Dunia II. Setelah perang usai, dilakukan renovasi besar-besaran pada observatorium ini karena kerusakan akibat perang hingga akhirnya observatorium dapat beroperasi dengan normal kembali.Kemudian pada tanggal 17 Oktober 1951, NISV menyerahkan observatorium ini kepada pemerintah RI. Setelah Institut Teknologi Bandung (ITB) berdiri pada tahun 1959, Observatorium Bosscha kemudian menjadi bagian dari  Fakultas MIPA - ITB, Observatorium Bosscha memberikan layanan bagi pendidikan sarjana dan pascasarjana di ITB, khususnya bagi Program Studi Astronomi, FMIPA – ITB, selain itu Observatorium Bosscha juga memiliki kegiatan pengabdian pada masyarakat. Penelitian yang bersifat multidisiplin juga dilakukan di lembaga ini, misalnya di bidang optika, teknik instrumentasi dan kontrol, pengolahan data digital, dan lain-lain. Dan sejak saat itu, Bosscha difungsikan sebagai lembaga penelitian dan pendidikan formal Astronomi di Indonesia yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung. Observatorium ini bukan hanya observatorium tertua di Indonesia, tapi juga masih satu-satunya obervatorium besar di Indonesia.
Tahun 2004, Observatorium Bosscha dinyatakan sebagai Benda Cagar Budaya oleh Pemerintah. Karena itu keberadaan Observatorium Bosscha dilindungi oleh UU Nomor 2/1992 tentang Benda Cagar Budaya. Selanjutnya, tahun 2008, Pemerintah menetapkan Observatorium Bosscha sebagai salah satu Objek Vital nasional yang harus diamankan. Observatorium Bosscha berperan sebagai homebase bagi penelitian astronomi di Indonesia.

B.     Jenis perangkat teknologi yang ada di observatorium Bosscha
1.      Teropong Refraktor tunggal Bamberg
Teropong ini merupakan salah satu bangunan yang mendapatkan dana dari K.A.R Bosscha .Rumah teropong ini pernah terkena bom pada masa perang. Perbaikannya harus mendatangkan astronom dari Belanda. Teropong ini mempunyai dimeter lensa 37 cm, titik api 700 cm . Dilengkapi dengan fotometer/ fotoelektrik tipe DC. Teropong ini mempunyai fungsi mengukur skala bintang dan melihat bulan.
2.      Teropong Surya
Terpong surya atau disebut juga teropong matahari  yaitu set teleskop dijital, yang terdiri dari 3 buah telekop Coronado dengan 3 filter yang berbeda, serta sebuah teleskop proyeksi citra Matahari yang sepenuhnya dibuat sendiri. Berbagai komponen teleskop dibuat sendiri kecuali teleskop Coronado yang merupakan teleskop didesain khusus untuk keperluan pengamatan Matahari. Fasilitas ini terdiri dari dua buah sistem teleskop, yang pertama merupakan teleskop dijital bekerja pada 3 panjang gelombang, yaitu H-alpha, Kalsium II, dan cahaya putih yang ditujukan untuk mengamati bintik matahari. Teleskop kedua adalah sebuah coleostat yang ditujukan untuk membuat proyeksi citra dan spektrum matahari secara analog. Dengan demikian keduanya dapat berfungsi sebagai teleskop tayang-langsung (real-time), dan dapat dilihat melalui jaringan internet. Dengan sistem ini, fasilitas ini dapat berfungsi sebagai kolektor data ilmiah maupun sebagai sarana pendidikan publik  yang cukup efektif. Variasi kenampakan matahari dapat dimonitor dan publik diharapkan dapat mengesani fenomena cuaca antariksa. Fasilitas Teropong Surya ini juga dilengkapi dengan poster-poster berisi informasi tentang matahari serta  perangkat lunak World Wide Telescope yang disumbangkan oleh Microsoft Indonesia kepada Observatorium Bosscha.

3.      Teleskop GAO-ITB
Reflektor GAO-ITB merupakan teleskop generasi baru di Observatorium Bosscha yang diinstalasi tahun 2005 dan sepenuhnya digerakkan dengan kontrol komputer. Teleskop ini berjenis Schmidt-Cassegrain bermerek Celestron dengan diameter cermin 8 inchi (sekitar 20 cm). Teleskop ini berada dalam ruangan dengan atap geser.Teleskop ini merupakan hasil kerjasama antara ITB dengan Gunma Astronomical Observatory (GAO), Jepang, dan telah beberapa kali digunakan sebagai teleskop robotik, yaitu pengamatan dari dua tempat jauh (Lembang-Gunma). Teleskop ini dapat digerakkan dari Jepang, dan hasilnya disaksikan secara langsung oleh pengamat di Jepang, yang sebagian besar adalah pengunjung umum atau siswa dan guru. Dan demikian pula sebaliknya. Teleskop di Gunma digerakkan dari Bosscha dan hasilnya disaksikan di Lembang, atau di kampus ITB, didukung oleh fasilitas teleconference. Karena itu, nama lengkap teleskop ini sebenarnya adalah GAO-ITB-RTS (dengan RTS = Remote Telescope System).Teleskop ini juga banyak digunakan untuk penelitian mahasiswa pascasarjana astronomi.

4.      Teleskop Hilal
Teleskop Hilal yang dimaksudkan di sini adalah teleskop kecil yang biasa digunakan untuk pengiriman tim pengamat ke beberapa daerah di Indonesia untuk mengamati hilal 1 Ramadhan dan 1 Syawal setiap tahunnya. Teleskop tersebut adalah refraktor William Optics dengan diameter 6 cm dilengkapi dengan mounting Vixen Sphinx dan sebuah detektor sederhana berupa kamera dijita Canon Powershot. Dilengkapi dengan TV Tuner ke sebuah laptop atau desktop, maka sistem ini siap mengirimkan data berupa video tayang-langsung.
Refraktor WO 6 cm
Terdapat 6 teleskop seperti ini di Observatorium Bosscha dan siap membantu pemerintah untuk melakukan pengamatan hilal pada tanggal-tanggal penting keagamaan tersebut.
5.      Teleskop Radio 2.3m
Teleskop radio Bosscha 2.3m adalah adalah instrumen radio jenis SRT (Small Radio Telescope) yang didesain oleh Observatorium MIT-Haystack dan dibuat oleh Cassi Corporation. Teleskop ini bekerja pada panjang gelombang 21 cm atau dalam rentang frekuensi 1400-1440 MHz. Dalam rentang frekluensi tersebut terdapat transisi garis hidrogen netral, sehingga teleskop ini sangat sesuai untuk pengamatan hidrogen netral, misalnya dalam galaksi kita, Bima Sakti. Selain itu, teleskop ini dapat digunakan untuk mengamati obyek-obyek jauh seperti ekstragalaksi dan kuasar. Matahari juga merupakan obyek yang menarik untuk ditelaah dalam panjang gelombang radio ini. Obyek eksotik, seperti pulsar, juga akan menjadi taget pengamatan dengan teleskop radio ini.
Teleskop ini dapat digunakan untuk pengamatan dalam mode spektral dengan resolusi 7,8 kHz untuk bandwidth 1,2 MHz, atau dengan resolusi sangat tinggi 1,8 kHz namun dengan bandwidth yang jauh lebih pendek. Mapping juga dapat dilakukan, namun dengan resolusi  beam hanya sekitar 7 derajat. Pengamatan dalam mode kontinum memberikan bandwidth selebar 40 MHz dengan bin sebesar 1 MHz. Teleskop ini diinstalasi pada puncak bekas menara meteorologi di Observatorium Bosscha untuk mendapatkan coverage langit yang maksimal (tanpa terhalang pepohonan). Ruang kontrol dibuat di bawahnya.
Teleskop ini, yang mendapatkan first light pada bulan Desember 2008, menginisiasi pengembangan astronomi radio di Indonesia dan akan terus dikembangkan menjadi interferometer radio multi-elemen.

6.      Teleskop radio Jove
Teleskop radio JOVE tidak lain adalah teleskop radio hasil rancangan NASA Radio JOVE Project yang ditujukan untuk mengamati semburan radio dari Jupiter (Jupiter noise storm) serta semburan matahari Type III pada frekuensi 20,1 MHz. Teleskop ini menggunakan antena array berupa dual-dipole. Receiver dibuat bekerjasama dengan Laboratorium Telekomunikasi Radio dan Gelombang Mikro, STEI, ITB. Dengan teleskop radio ini, Observatorium Bosscha dapat turut mengikuti jaringan pengamatan semburan Jupiter dan Matahari di dunia. Khusus untuk pengamatan Matahari, teleskop ini menjadi pendamping pengamatan radio untuk pengamatan optik dari Teropong Surya di Observatorium Bosscha.


7.      Teleskop Pelatihan
Sejak tahun 2003, Observatorium Bosscha merupakan sentra pelatihan Tim Olimpiade Astronomi Indonesia di tingkat internasional. Sejak saat itu pula, tim yang dibina oleh para staf Program Studi dan KK Astronomi ITB ini selalu berprestasi. Secara berkala anggota tim yang dipilih melalui seleksi di Olimpiade Sains Nasional setiap tahunnya dilatih di Observatorium Bosscha. Peralatan yang digunakan adalah set teleskop portable yang disediakan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Teleskop ini juga digunakan untuk lomba observasi di Olimpiade Sains Nasional, terdiri dari Celestron C8 dan C11 dilengkapi dengan CCD dan asesoris lainnya.
Teleskop-teleskop ini juga digunakan oleh mahasiswa astronomi melakukan praktikum laboratorium astronomi.

8.       Teropong zeis
Teleskop ganda Zeiss 60 cm ini berada pada satu-satunya gedung kubah di Observatorium Bosscha yang telah menjadi landmark Bandung utara selama lebih dari 85 tahun. Bangunan teropong ini dirancang oleh arsitek Bandung ternama, yaitu K. C. P. Wolf Schoemacher, yang juga guru Presiden Soekarno. Teleskop dan gedung kubah ini merupakan sumbangan dari K. A. R. Bosscha yang secara resmi diserahkan kepada Perhimpunan Astronomi Hindia-Belanda pada bulan Juni 1928. Kubah gedung memiliki bobot 56 ton dengan diameter 14,5 m dan terbuat dari baja setebal 2 mm.
Saat ini, Teropong Ganda Zeiss 60cm ini merupakan teleskop terbesar dan tertua di Observatorium Bosscha. Tahun 2008, teleskop ini genap berusia 80 tahun. Sampai sejauh ini, teleskop ini masih berfungsi dengan baik berkat perawatan yang konsisten. Sistem detektor fotografi pernah digunakan di teleskop ini sampai dengan tahun 1980-an. Sejak awal 1990-an, teknologi detektor dijital (menggunakan CCD astronomi) mulai digunakan di Observatorium Bosscha, untuk meningkatkan tingkat sensitifitas pengamatan. Selain itu, instrumentasi teleskop juga terus dimodernisasi.
Teleskop ini merupakan jenis refraktor (menggunakan lensa) dan terdiri dari 2 teleskop utama dan 1 teleskop pencari (finder). Diameter teleskop utama adalah 60 cm dengan panjang fokus hampir 11 m, dan teleskop pencari berdiameter 40 cm. Medan pandang teleskop pencari adalah 1,5 derajat atau sekitar 3 kali diameter citra bulan purnama. Medan pandang langit yang luas ini memudahkan untuk mengidentifikasi bintang yang hendak diamati, dibandingkan dengan citra bintang di langit melalui peta bintang. Teleskop ini dapat mengamati bintang-bintang yang jauh lebih lemah, kurang lebih 100000 kali lebih lemah dari bintang yang dapat dilihat oleh mata telanjang.
Instrumen utama ini telah digunakan untuk berbagai penelitian astronomi, antara lain untuk pengamatan astrometri, yaitu untuk memperoleh informasi posisi benda langit secara akurat dalam orde sepersepuluh detik busur, khususnya untuk memperoleh orbit bintang ganda visual. Hingga saat ini terdapat koleksi sekitar 10000 data pengamatan bintang ganda visual yang diperoleh dengan menggunakan teleskop ini. Selain itu, teleskop ini juga digunakan untuk pengamatan gerak diri bintang dalam gugus bintang. Teleskop ini juga digunakan untuk pengukuran paralak bintang guna penentuan jarak bintang. Pencitraan dengan CCD juga digunakan untuk mengamati komet dan planet-planet, misalnya Mars, Jupiter, dan Saturnus. Dengan menggunakan spektrograf BCS (Bosscha Compact Spectrograph), teleskop ini secara kontinu melakukan pengamatan spektrum bintang-bintang Be.


 

9.       
C.    Hasil yang sudah dilakukan dan prestasi yang pernahh diraih dalam pengamatan benda angkas aoleh observatorium Bosscha.
Sebagai satu-satunya Observatirium d Asia tenggara  Observatorium  Bosscha memegang peranan penting dalam penelitian, khusunya belahan bumi selatan. Penambahan dan perbaikan beberapa jenis teropong, penambahan detektor-detektor baru serta jurnal-jurnal baru merupakan upaya untuk memodernisasikan  Observatorium ini.
Penelitian-penelitian yang dilakukan juga semakin beragam. Secara garis besar bentuk penelitian saat ini mencakup:
1.      Survey  lengan  galaksi bima sakti
2.      Penelitian bintang ganda (merupakan  aktifitas rutin yang dilakukan Observatorium Bosscha)
3.      Fotometri bintang varibel
4.      Pengamatan planet Mars
5.      Pengamatan komet haley
6.      Katakris variabel katalisme
Adapun tentang prestasi penemuan di Observatorim Bosscha,  menerut sumber  yang kami dapatkan bahwa Observatorium Bosscha ini belum pernah menemukan hal baru dikarnakan negara-negara lain mempunyai alat yang lebih canggih dari pada kita sehingga kita hanya tergantung pada  apa yang mereka perintahkan.

D.    Observatorium Bosscah kaitan dan relevansi dengan kurikulum di sekolah khususnya kurikulum SMP
Observatorium Bosscha ini merupakan sarana pembelajaran tentang  tata surya. Diman siswa ini,  khususnya siswa SMP  yang  cara pembelajaranya masih semi abstrak sehingga proses pembelajaranyapun  harus di sertai dengan observasi  langsung ke tempat yang bersangkutan.
BAB III
PENUTUPAN
A.    Kesimpulan
Observatorium Bosscha  merupakan satu-satunya observatorium terbesar di Indonesia yang berfungsi  untuk meneliti dan mengamati benda langit yang berada di langit bagian selatan.

B.     Saran
11Perkembangan pemukiman di daerah Lembang dan kawasan Bandung Utara yang tumbuh laju pesat membuat aktivitas pengamatan bintang terganggu. Cahaya dari kawasan pemukiman yang terhambur ke angkasa membuat langit menjadi lebih terang. Semakin lama, cahaya bintang yang redup semakin kalah oleh cahaya lampu. Sehingga observatorium yang pernah disebut-sebut sebagai observatorium satu-satunya di kawasan khatulistiwa ini menjadi terancam keberadaannya.
Inilah aset Negara dan Dunia yang harus tetap kita pelihara dan kita jaga agar Observatorium Bosscha tetap bekerja sesuai fungsinya


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar