Jumat, 26 April 2013

Proses Terjadinya Tatasurya

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Jika kita mengamati matahari pada siang hari serta bulan dan bintang pada malam hari, kita pasti melihat semua benda langit itu tampak bergerak mengitari bumi. Seolah-olah bumi menjadi pusat alam semsta. Sulit mmbayangkan bahwa sebenarnya bumi bukan pusat alam semesta, tetapi menjadi satelit benda langit lain yang menurut penglihatan kita bergerak mengitari bumi. Oleh sebab itu wajarlah, jika pada awal perkembangan ilmu astronomi, hipotesis yang paling banyak diterima tentang kedudukan bumi di alam semesta adalah hipotesis geosentris, bumi adalah pusat alam semesta.
Dalam perjalanan waktu,seiring berkembangnya  ilmu pengetahuan dan teknologi kemudian diketahui bahwa bumi beserta planet-planet lain mengelilingi matahari. Dan matahari beserta planet-planet itu ternyata hanya salah satu dan sekian banyak tata surya di dalam galaksi bima sakti. Dan bima sakti hanylah satu bagian dari sekian banyak galaksi di alam semesta, dan seterusnya. Semakin bertambah lengkaplah pengetahuan manusia menenai alam semesta walaupun tetap masih sangat banyak misteri yang belum diketahui hingga kini.
2.      Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah asal-usul terbentuknya tata surya?
2.      Bagaimanakah asal-usul terbentuknya tata surya menurut Teori Nebulae atau Nebular Hyphothesis (Kant-Laplace)?
3.      Bagaimanakah asal-usul terbentuknya tata surya menurut Teori Planetisimal dan pasang surut bintang
4.      Bagaimanakah asal-usul terbentuknya tata surya menurut  Teori awan debu atau Proto Planet



3.      Tujuan
1.      Dapat mengetahui asal-usul terbentuknya tata surya
2.      Dapat mengetahui asal-usul terbentuknya tata surya menurut Teori Nebulae atau Nebular Hyphothesis (Kant-Laplace)
3.      Dapat mengetahui asal-usul terbentuknya tata surya menurut Teori Planetisimal dan pasang surut bintang
4.      Dapat mengetahui asal-usul terbentuknya tata surya menurut  Teori awan debu atau Proto Planet
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Peta Konsep Teori Asal Usul Tata Surya
B.     Teori Asal-Usul Terbentuknya  Tata Surya
Tata surya adalah sekumpulan benda- benda langit yang terdiri dari bintang yang disebut dengan matahari dan benda- benda yang mengelilinginya.
Susunan tata surya terdiri atas bintang yang disebut matahari dan semua objek yang mengelilinginya. Objek-objek tersebut termasuk planet-planet bersama masing-masing satelitnya,  asteroid, komet, dan kumpulan meteroit.
Gambar 1
Tata Surya


Sudah sejak lama, beberapa bangsa seperti bangsa  mesir, babilonia, cina dan yunani secara teliti mengamati benda-benda langit dan pergerakannya. Bangs yunani mengamati bahwa dilangit ada benda-benda yang kelihatan bergerak relatif terhadap bintang-bintang. Mereka menamakan benda-benda langit ini sebagai planeten, yang berarti “Pengelana”. Inilah yang sekarang kita kenal sebagai planet-planet mulia dari merkurius sampai yupiter. (Gunawan Admiranto. 2009:2)
Dari bangsa yunani pula berkembang, konsep-konsep kosmologi (paham tentang struk alam semsesta) yang bersifat rasional dan dan tidak diselubungi hal-hal yang berbau mitologis. Tokoh yang pertama mengembangkan kosmologi semacam ini adalah Thales dari Miletus (sekitar 629-555 SM) yang sering disebut sebagai filsuf yunani dan astronom pertama. Thales berhasil mengembangkan metoda survei dan trigonometri yang dipelajari dari bangsa  Babilonia dan Mesir. Metode ini kemudian diterapkan untuk benda-benda langit. (Gunawan Admiranto. 2009:2)
Thales juga menjadi orang pertama yang berupaya memberikan gambaran tentang alam semesta tanpa memasukkan hal-hal yang bersifat supernatural. Thales melihat bahwa air memiliki 3 tingkat wujud, yaitu padat, cair dan gas.  Kemudian, ia mengusulkan bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta itu tersususn dari air dalam berbagai tingkat wujudnya.  Diusulkan pula bahwa alam semesta adalah sebuah bola air raksasa tempat bumi berda di dalam gelembung. Bumi mengembang diatas permukaan air, dan diatas bumi, terdapat sekumpulan air yang menjadi sumber datangnya hujan yang menimpa bumi. Benda-benda langit melayang didalam air alam semesta dan bergerak sebagaimana ditunjukkan oleh pengamatan. (Gunawan Admiranto. 2009:2)
Tokoh lain yang penting setelah Thales adalah Phytagoras (sekitar 580-500 SM). Dialah yang pertama kali mengembangkan gagasan bahwa alam semesta mengikuti hukum-hukum yang bersifat kuantitatif. Phytagoras menyatakan baha masing-masing benda langit, yakni bulan, matahari, bumi, dan planet-planet terletak pada bola-bola konsentris (Sepusat) yang berputar mengitari pusat alam semesta (api pusat). (Gunawan Admiranto. 2009:3)
Menurut Phytagoras, keberaturan alam semesta mirip dengan keberaturan tangga nada pada dawai lira. Bahkan, ia berpendirian bahwa seluruh benda ini, dalam pergerakannya, mendengungkan nada-nada yang hanya dapat didengarkan orang-orang tertentu saja. Keteraturan dalam hal ini, keteraturan numerik seperti pada perbandingan panjang dawai lira merupakan prinsip utama yang mendasari konsep alam semesta Phytagoras.Inilah sumbangan terbesar Phytagoras karena sebelum dia, pemahaman manusi tentang alam selalu diselubungi mitologi. Bahkan, sampe sekarang pun beberapa ahli kosmologi masih berpendirian seperti Phytagoras. Mereka melihat adanya keteraturan numerik dalam alam yang masih belum mampu dipahami. Pendapat ini muncul setelah mereka mendapatkan bebrapa “kebetulan” dalam hubungan-hubungan beberapa besaran dasar di alam. (Gunawan Admiranto. 2009:3)
Setelah Phytagoras, tokoh-tokoh yang lain berperan dalam perkembangan kosmologi yunani kuno adalah Plato, Eudoxus, dan Aristoteles. Plato berpendapat bahwa lingkaran dan bola adalah bentuk geometri paling sempurna. Oleh sebab itu, ia berpendirian bahwa semua benda langit bergerak dalam lintasan berbentuk lingkaran karena mereka semua diciptakan oleh makhlik yang sempurna, Tuhan. Menurutnya, semua benda langit bergerak mengitari bumi yang bulat dalam lintasan berbentuk lingkaran. Gunawan Admiranto. 2009:3)
Seorang murid Plato, Eudoxus, mulai mengembangkan teorinya berdasarkan pengamatan benda-benda langit. Mungkin dialah orang yang pertama kali membuat teori tentang alam semesta berdasarkan data pengamatan, bukan hanya spekulasi intelelktualbelaka.  Menurut Eudoxus, setiap planet terletak pada bola-bola konsentris, dan pergerakan planet bergerak disebabkan rotasi bola-bola ini. Karena laju rotasi dan kedudukan sumbu rotasi bola-bola ini berbeda-beda , efeknya adalah pergerakan planet sebagaimana diamatiEudoxus, misalnya gerak retrograd (gerak maju-mundur) Mars. Gunawan Admiranto. 2009:)
Setelah Eudoxus, tokoh besar dalam kosmologi yunani kuno adalah Aristoteles. Tokoh ini mengembangkan gagasan Eudoxus lebih jauh. Ia berpendirian bahwa bumi merupakan pusat alam semseta dan menjadi titik pusat peredaran benda-benda langit, seperti matahari, bulan dan planet-planet. Gunawan Admiranto. 2009:4)
Aristoteles yang hidup sekitar tahun 350 SM mengatakan bahwa alam semesta terdiri dari 55 buah bola sepusat, dan setiap bola menjadi tempat kedudukan satu benda langit. Bola-bola ini masing-masing berputar dengan kecepatan yang berbeda sehingga kadang-kadang ada yang kelihatan bergerak mundur untuk kemudian maju lagi seperti yang diamati pada mars (gerak retrograd) yang sebenarnya diakibatkan oleh kedudukan orbit Mars yang terletak di luar orbit bumi. Bola terluar dari ke 55 bola ini merupakan tempat kedudukan bintang yang tetap diam. Di luar sistem bola, terdapat penggerak utama sistem semesta, yang menurut Aristoteles dinamakan primum Mobile. (Gunawan Admiranto. 2009:4)
Sekitar tahun 140 SM, muncul teori lain tentang susunan dan struktur alam semesta. Teori ini , seperti teori Aristoteles, juga meletakkan bumi di pusat alam semesta dan di usulkan oleh Claudius Ptolomous yang berasal dari Alexndria di Mesir. Teori Ptolomeus ini pertama-tama dibuat untuk menjelaskan adanya gerak retrograd planet.  Ptolomeus menjelaskan konsepnya dalam buku berjudul Almagest. Ptolomeus menjelaskan bahwa sebuah benda langit bergerak melingkari sebuah titik, dan lintasan benda ini disebut episikel. Episikel bergerak dalam lingkaran lebih besar yang disebut deferent. Bumi bukan pusat defferent melainkan terletak tidak terlalu jauh dari pusat defferent, yakni pada titik yang disebut equant. (Gunawan Admiranto. 2009:4)
Hipotesis Ptolomeus ini bertahan cukup lama dan dianggap sebagai model standar alam semesta selama hampir 15 abad. Hal ini tidak terlalu mengharapkan karena sesuai dengan pengmatan sekilas yang dilakukan manusia. Selain itu, juga memuaskan ego manusia karena bumi diletakkan pada pusat alam semesta. Ini mengisyaratkan bahwa manusia adalah pusat alam semesta. (Gunawan Admiranto. 2009:5)
Selain hipotesis Aristoteles dan Ptolomeus, ada hipotesis lain tentang alam semesta yang diusulkan oleh Aristrachus dari Samons. Menurut Aristrachus, pusat alam semesta bukan bumi, melainkan matahari. Bumi hanyalah salah satu dari beberapa planet yang mengitari matahari dalam orbit yang berbentuk lingkaran. Namun, hipotesis Aristrachus ditolak oleh Aristoteles dan Ptolomeus yang tetap berpegang  pada hipotesis geosentris. Hipotesis geometris mampu bertahan sampai belasan abad. (Gunawan Admiranto. 2009:5)

Pada abad ke 15, terjadilah revolusi besar dalam teori tentang tata surya seperti yang diusulkan oleh nicolaus, Copernicus (1473-1543). Copernicus,sperti Aristrachus mengusulkan bahwa semua benda langit, termasuk bumi, bergeraak mengitari matahari dalam orbit yang berbentuk lingkaran. Teori heliosentris (Helio berarti matahari) ini dituangkan pada tahun 1543 dalam bukunya The
Gambar 2
Sistem Tata Surya Heliosentris
Revolutionibus Orbium Coelestium. Copernicus melihat bahwa teori Ptolomeus terlalu mengada-ada dan terlalu rumit. Ia tidak percaya bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dan sengaja menjadikannya sedemikian rumit. (Gunawan Admiranto. 2009:5)
Teori heliosentris copernicus ini cukup menghebohkan dunia ilmiah Eropa pada saat itu, seiring dengan reformasi yang sedang berjalan. Pada 1616, gereja katolik bereaksi keras lalu memasukkan buku Copernicus ke dalaam indeks, yakni daftar buku-buku terlarang karena dianggap menghujat. Larangan ini baru dicabut pada tahun 1835. (Gunawan Admiranto. 2009:5)
Messkipun teori Copernicus mendapat banyak tentangan,banyak ilmuwan semakin berusha mempelajari dan menggunakannya sebagai landasan pemikiran ilmiah tentang alam semesta. Mereka mendapati bahwa teori heliosentris Copernicus jauh lebih rasional dan lebih cocok dengan pengamatan dibandingkan teori-teori geosentris sebelumnya. Meskipun demikian, teori Copernicus masih mengandung beberapa kesalahan. Berbeda dengan yang diusulkan Copernicus, ternyata bentuk orbit planet berbentuk orbit elips, laju orbit planet tidak selalu tetap, dan matahari bukanlah pusat alam semesta. Apapun kekurangan teori heliosentris, tetapi Copernicus tetap dianggap sebagai tonggak awal perkembangan astronomi modern. (Gunawan Admiranto. 2009:5)
Setelah Copernicus, tokoh-tokoh lain yang sangat berjasa dalam perkembangan dunia astronomi adalah Tycho Brahe dan Johanens Kepler. TychoBrahe memiliki sebuah observatorium dan bekerja sama dengnan asitennya Johanes Kepler. Hasil-hasil pengamatan Brahe dan heliosentris dipakai Brahe untuk membuat hipotesis tentang pergerakan planet-planet. Ia berhasil merumuskan hokum-hukum empiris tentang pergerakan planet, yang kemudian dikenal dengan nama hokum-hukum Kepler. Berdasarkan hokum-hukum kepler ini, Sir Issac Newton merumuskan ketia hukum tentang mekanika dan hukum gravitasi. (Gunawan Admiranto. 2009:6)
Pada tahun 1609 Kepler mendukung gagasan tersebut dengan mengemukakan tiga hukumnya yang selain menyebutkan bahwa matahari sebagai pusat dari tata surya, juga memperbaiki orbit planet menjadi elips. Pada tahun yang sama Galileo menemukan teleskop. Melalui pengamatan dengan teleskop Ia menarik kesimpulan bahwa yang menjadi pusat tata surya bukan bumi, melainkan matahari. Penemuan teleskop oleh Galileo tidak hanya menguatkan paham heliosentris dari Cpernicus, tetapi membuka lembaran baru dalam perkembangan ilmu astronomi. (Gunawan Admiranto. 2009:6)
Teori-teori tentang proses terbentuknya tata surya dapat dikelompokan menjadi beberapa teori, yaitu sebagai berikut. (Gunawan Admiranto. 2009:6)


1.   Teori Nebulae atau Nebular Hyphothesis (Kant-Laplace)
Hipotesis pertama mengenai terbentuknya matahari dikemukakan pada tahun 1755 oleh filsuf jerman, Immanuel Kant (1724-1804). Ia menyatakan bahwa tata surya terbentuk dari suatu zat utama (primary matter) yang memenuhi ruang angkasa. Bagian dari zaat ini yang berupa zat padat berada dalam keaadaan diam tak bergera, tetapi satu sama lain memiliki massa dan kepadatan yang berbeda. (Bayong Tjasyono. 2009:15)

Gambar 3
Teori Nebula
 


   Akibat adanya tarik-menarik antara sesama partikel dari zat yang memenuhi ruang angkasa ini, partikel-pattikel tersebut mulai bergerak dan berkondensasi (pengembunan) secara terpisah. Proses ini secara terusberlangsung dan saling interaksi. Kondensasi-kondensasi (pengentalan) yang lebih besar menarik kondensai-kondensasi yang lebih kecil dan terbentuklah knot (sampul-sampul) yang besar dari zat tersebut. Selain gaya saling menarik, terjadi gerakan partikel-partikel akibat gaya saling tolak-menolak (force of mutual repulsion). Gerakan-gerakan yang diakibatkan gaya ini menyebabkan partikel-partikel yang bertemu saling bertubrukan dan terpental satu sama lain ke arah yang berbeda-beda. Arah yang paling sering dituju oleh partikel-partikel yang bergerak ini menjadi predominant (pengaruhnya semakin kuat) dan suatu massa (kelompok) dari simpul-simpul yang terdiri atas zat utama tersebut mulai bergerak ke suatu arah, mengitari satu simpul yang terbesar dalam kelompok itu dan terus membesar menjadi pusat tata surya yaitu matahari.
   Partikel-partikel lain yang terus mengitari matahari secara melingkar menyerupai debu meteor. Masing-masing memilki pusat gaya tarik yang kelak menjadi  titik pusat (nuclei) dari planet-planet yang akan dibentuk. Secara bertahap dan terpadu dibawah kekuatan gaya tarik, semua meteor berubah menjadi susunan planet yang mengelilingi matahari. Salah satu dari planet-planet terssebut adalah bumi. (Bayong Tjasyono. 2009:16)
   Pierre Simon Laplace (1748-1827) astronomer dan ahli matematika dari perancis,  pada  tahun 1796 mengajukan hipotesis tentang terbentuknya tata surya dan alam semesta. Ia menyatatakan bahwa matahari, planet-planet beserata satelit-satelitnya terbentuk dari zat-zat yang pasa mulanya berupa gumpalan awan gas yang mengembun (nebula) dalam keadaan berputar(rotasi) berbentuk seperti cakram. Akibat gaya tarik antara sesama partikel-partikel pusat nebula mengalami kondensasi (pengembunan). Pada massa awal pembentukan tata surya, bagian ini menjurus kearah terbentuknya matahari sebagai pusat tata surya. (http://ilmufajar.com/index.php/teori-asal-usul-tata-surya/)
   Pada mulannya, matahari diselimuti oleh nebula yang bergerak sejajar mengitarinya. Partikel-partikel yang terdekat dengan mathari membentuk orbit-orbit dengan radius paling kecil sementara yang berada pada jarak yang lebih jauh orbit lingkaranya memiliki radius lebih panjang pada jangka waktu (span of time) yang sama. Oleh karena itu, semakin jauh jaraknya dari titik pusat tata surya (matahari), semakin lemah pengaruh gaya tariknya (garvitasi) dan semakin kuat gaya sentrifiguralnya. Pada jarak tertentu dari titik pusat tersebut, kekuatan-kekuatan ini mencapai suatu kesetimbangan. Titik kesetimbangan  ini merupakan batas antara susunan tata surya terhadap gugusan benda-benda yang berada di cakrawala lainya. (http://ilmufajar.com/index.php/teori-asal-usul-tata-surya/)
   Dari uraian diatas dapat kita disimpulkan bahwa tata surya pada awalnya adalah sebuah kabut raksasa yang terbentuk dari debu, es dan gas yang disebut dengan nebula dan unsur gas yang sebagian besar terdiri dari hydrogen. Akibat gaya gravitasi, maka kabut menyusut dan berputar pada arah tertentu, mengalami pemanasan suhu dan akhirnya menjadi bintang raksasa yang disebut dengan matahari. Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, sehingga cincin- cincin gas dan es terlempar dari matahari. Seiring waktu, dengan adanya gaya gravitasi, maka gas- gas tersebut memadat seiring dengan adanya penurunan suhu dan membentuk planet dalam dan planet luar. Hipotesis nebula ini terdiri dari beberapa tahap yaitu :
1.         Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu pekat dan besar
2.         Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi di pusat lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan materi lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang disebut sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.
3.         Materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan secara teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk Susunan Keluarga Matahari .
   Hipotesis Laplace dapat menjelaskan mengapa planet-planet bergerak mengelilingi matahari searah dengan putaran matahari pada sumbunya. Ia juga dapat menjelaskan mengapa orbit gerakan planet-planet berotasi pad sumbunya, dan sebagainya.( http://ilmufajar.com/index.php/teori-asal-usul-tata-surya/)
   Dari hasil pengkajian lebih lanjut terhadap alam semesta dan susunan tata surya , banyak fakta baru yang ditemukan bertentangan dengan asas-asas yang dikemukakan oleh Kant dan Laplace. Terdapat beberapa satelit yang arah rotasinya tidak sama dengan arah putaran planet-planetnya seperti Uranus dan Yupiter.
   Teori kabut ini telah dipercaya orang selama kira-kira 100 tahun, tetapi sekarang telah banyak ditinggalkan karena tidak mampu memberikan jawaban-jawaban kepada banyak hal atau masalah di dalam tata surya kita dan karena munculnya banyak teori baru yang lebih memuaskan.
2.      Teori Planetisimal dan Pasang Surut bintang
Chamberlin-Multon (1905) mengemukakan teori planetisimal, merupakan konsep baru diluar jalur hipotesis Kant dan Laplace. Mereka berhipotesis pada dugaan bahwa planet-planet merupakan bagian dari matahari yang terlempar keluar karena terjadinya ledakan-ledakan dahsyat yang berupa gas pada permukaan matahari.
Gambar 4
Teori Planetesimal
Gas yang berasal dari sempalan matahari selanjutnya mengalami kondensasi (pengembunan) dan akibatnya menjadi massa padat yang disebut planetisimal. Dalam perkembanganya, planetisimal terus menarik bagian-bagian kecil disekitarnya sehingga sebagian akan menjadi besar. Bumi merupakan salah satu dari planetisimal yang masih terus tumbuh dengan menarik benda-benda kecil disekelilngnya, yaitu meteroit atau bintang yang beralih yang dapat disaksikan setiap malam hari. (http://ismadizainal.blogspot.com/2011/12/t-eori-asal-usul-tata-surya-dalam-al.html)
Teori ini menyatakan bahwa matahari yang kita lihat sekarang memang sudah ada sebagai salah satu dari bintang-bintang yang banyak. Pada suatu masa ada sebuah bintang lain yang berpapasan dengan matahari tersebut pada jarak yang tidak terlalu jauh. Sebagai akibatnya maka terjadilah pasang naik pada permukaan matahari maupun pada permukaan bintang tersebut. Akibat selanjutnya maka sebagian dari massa matahari tersebut ada yang tertarik ke arah bintang.Pada waktu bintang itu menjauh, menurut Moulton dan Chamberlin, sebagian dari massa matahari tersebut jatuh kembali ke permukaan matahari dan sebagian lagi terhambur ke ruang angkasa. Bagian yang terhambur ke ruang angkasa inilah yang dinamakan planetisimal yang kemudian menjadi planet-planet dan satelitnya kemudian beredar pada orbitnya. (http://ismadizainal.blogspot.com/2011/12/t-eori-asal-usul-tata-surya-dalam-al.html)
   Teori yang lebih baru dikemukakan oleh Jean dan Jeffreys. Mereka mengatakan bahwa suatu bintang yang sangat besar (lebih besar dari matahari) pernah lewat dengan jarak tidak jauh dari matahari. Melintasnya bintang itu menyebabkan gelombang pasang sehingga sebagian massa matahari terlepas dan terlempar keluar. Bagian dari massa matahari yag terlempar selanjutnya megalami pemadatan dan pecah menjadi benda-benda tersendiri yang disebut planet-planet. .( http://ilmufajar.com/index.php/teori-asal-usul-tata-surya/)
Teori Pasang-Surut ini hampir sama dengan teori Planetisimal. Teori Jeans dan Jeffreys dinamakan teori pasang surut. Teori pasang surut ini mengatakan bahwa setelah bintang itu menjauh maka massa matahari yang lepas itu membentuk bentukan cerutu  yang menjolok ke arah bintang. Kemudian sebagai akibat bintang yang semakin menjauh maka masa cerutu itu terputus-putus dan membentuk gumpalan gas di sekitar matahari. Gumpalan-gumpalan gas itulah yang kemudian menjadi planet-planet dan satelitnya yang kemudian beredar pada orbitnya. Atau dengan kata lain Setelah bintang itu berlalu dengan gaya tarik bintang yang besar pada permukaan matahari terjadi proses pasang surut seperti peristiwa pasang surutnya air laut di bumi akibat gaya tarik bulan. Sebagian massa matahari itu membentuk cerutu yang menjorok kearah bintang itu mengakibatkan cerutu itu terputus-putus membentuk gumpalan gas di sekitar matahari dengan ukuran yang berbeda-beda, gumpalan itu membeku dan kemudian membentuk planet-planet. .( http://ilmufajar.com/index.php/teori-asal-usul-tata-surya/)
Teori ini menjelaskan mengapa planet-planet di bagian tengah seperti Yupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus merupakan planet raksasa sedangkan di bagian ujungnya merupakan planet-planet kecil. Kelahiran kesembilan planet itu karena pecahan gas dari matahari yang berbentuk cerutu itu maka besarnya planet-planet itu berbeda-beda yang terdekat dan terjauh besar tetapi yang di tengah lebih besar lagi.
Demikian juga, terbentuknya satelit-satelit yang mengelilingi planet dapat dijelaskan dengan teori diatas. Sebagai gaya penariknya adalah matahari yang massanya jauh lebih besar dari planet-planetnya. Dengan demikian, secara perhitungan, material bulan sama dengan material kulit bumi terluar.( http://ilmufajar.com/index.php/teori-asal-usul-tata-surya/)
3.      Teori bintang Kembar
Satu lagi teori yang hampir sama dengan teori Planetisimal yaitu teori Bintang kembar dan di kemukan kira-kira pada tahun tahun 1930. Teori ini menyatakan bahwa dahulu memang sudah ada dua buah bintang kembar. Salah satu dari bintang kembar itu kemudian meledak dan menjadi berkeping –keping. Karena pengaruh gravitasi bintang yang tidak meledak maka  kepingan-kepingan itu berputar mengelilingi bintang tersebut. Bintang yang tidak meledak itu kemudian menjadi matahari yang kita lihat sekarang. Kepingan-kepingan yang berputar mengelilinginya kemudian menjadi planet-planet dan satelit-satelit. (http://ismadizainal.blogspot.com/2011/12/t-eori-asal-usul-tata-surya-dalam-al.html)
4.      Teori awan debu (kondensasi)
Teori awan debu ini dikemukakan oleh Carl von Weizsaeker (1940) kemudian disempurnakan oleh Gerard P Kuiper (1950). Sebelum teori awan debu yang dikemukakan oleh Gerard P kuiper ada seorang ilmuwan Rusia yaitu Otto Schmidt ia berpendapat bahwa kosmogoni modern  haruslah melibatkan studi kuantitatif  tidak hanya kualitatif berdasarkan metode matematika dan statistika. (Agung Mulyo. 2008:20)
   Pada tahun 1944 otto Schmidt mengajukan suatu hipotesis baru diantaranya bahwa planet-planet dalam gugus tata surya berasal dari suatu nebula debu gas yang tertarik oleh matahari, ewaktu ia bergerak di ruang angkasa. Akibat pengaruh gravitasi partikel-partikel meteorit padat yang mengitari matahari memampat menjadi padu dan terbentuklah planet-planet. Proses pemampatan plent-planet (unification process of planets) berlangsung terus secara agak intensif selama debu-debu meteor (meteor shower) merapat (dense). (Agung Mulyo. 2008:20)
   Sejak 2 miliyar tahun terakhir,curahan bebatuan atau debu meteor yang jatuh kebumi telah berkurang. Pada awal-awal kejadiannya, bumi tidak pernah panas. Suhu rata-ratanya paling tinggi 40Celcius. Panas atau pemanasan bumi pada massa setelah itu disebabkan dampak dari peluruhan (decay) unsure-unsur radioaktif. (Agung Mulyo. 2008:20)

   Hipotesis Schmidt tidak dapat menjelasakan asal muasal awan atau kabut debu gas meteroit (meteroit gas-dust cloud) disekitar matahari yang merupakan bahan-bahan atau benda yang semula ada sebagai pembentuk planet-planet. Kendati secara matematik terbukti bahwa kemungkinan matahari meraup awan tersebut dari galaksi, hal ini sangat langka sehingga pembentukan planet-planet hingga saat ini masih merupakan fenomena yang unik dalam alam semesta. para ilmuwan terus berusaha mencari penjelasan tentang asal muasal keberadaan awan berdebu disekitar matahari tersebut. (Bayong Tjasyono. 2009:21)
   Hasil penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli astrofisika Rusia V.A.Ambartsumaya, membuktikan bahwa bintang secara berkisanambungan berformasi melalui kondensasi dari zat yang ada dalam nebula mencair. Lebih lanjut astronaut Rusia bernama V.G. Fesenkov membuat suatu hipotesis bahwa matahari beserta planet-planet yang beredar disekelilingnya  berasal dari “common gas –dust medium”. (Bayong Tjasyono. 2009:21)
   Pada saat matahari terbentuk sebagai suatu bintang biasa massa dan rtasinya yang besar dan kencang membentuk gas-dust cloud yang kepadatanyan tidak sama dengan zat asalnya yang berada di matahari.selanjutnya, terjadi evolusi secara bertahap di bawah pengaruh kekuatan gaya tarik (gravitasi) dan menjurus pada terbentuknya planet-planet. Berdasrkan hipotesis ini pembntukan planet-planet merupakan bagian dari keseluruhan proses pembentukan bintang-bintang dan menggambakan fenomena mengenai terciptanya seluruh alam semesta. (Bayong Tjasyono. 2009:21)
   Lebih lanjut, Venskov berpendapat bahwa sebagaimana planet-planet lainnya, bumi juga terbentuk langsung dengan keseluruhan massanya, dan bukan dari hasil suatu proses yang lama melalui penempatan partikel debu yang terpisah. (Bayong Tjasyono. 2009:21)
   Pada tahun 1940-an Weiszaker dan disempurnakan oleh Gerard P.kuiper (tahun 1950)  mengemukakan teori yang disebut dengan “teori Vorteks (pusaran) “. Dua gagasan yang dikembangkan dalam teori ini adalah :
1.      Nebula (kabut) mula-mula bergolak (turbulen), tidak diam. Gerakan nebula ini membantu dalam pembentukan planet.
2.      Pembentukan planet sekurang-kurangnya melalui dua proses yaitu pembentukan planetisimal, kemudian protoplanet (gumpalan kabut gas).
Menurut Von Weiszacker, nebula terdiri ats vortex-vorteks (pusaran-pusaran) yang merupakan sifat gerakan gas. Gerakan gas dalam nebula menyebabkan pola sel-sel bergolak (turbulen). Pada batas antar sel-sel turbulen, terjadi tumbukan antara partikel yang kemudian membesar dan menjadi planet. Teori yang dikemukakan oleh Von Weiszacker adalah teori vorteks  .
Gambar 5
Teori Awan Debu


Kuiper mengemukakan bahwa pembentukan planet melalui turbulensi (golakan) nebula yang membantu tumbukan planetisimal, sehingga planetesimal mebesar dan tumbuh sebagai protoplanet kemudian menjadi planet. Teori yang dikemukan oleh kuiper disebut teori proplanet . (Agung Mulyo. 2008:21)
Weizsaecker dan Kuiper, berpendapat bahwa tata surya berasal dari awan yang sangat luas yang terdiri atas debu dan gas (hidrogen dan helium). Ketidakteraturan dalam awan tersebut menyebabkan terjadinya penyusutan karena gaya tarik menarik dan gerakan berputar yang sangat cepat dan teratur, sehingga terbentuklah piringan seperti cakram. Inti cakram yang menggelembung menjadi matahari, sedangkan bagian pinggirnya berubah menjadi planet-planet.
Ahli astronomi lainnya yang mengemukakan teori awan debu antara lain, F.L Whippel dari Amerika Serikat dan Hannes Alven dari Swedia. Menurutnya, tata surya berawal dari matahari yang berputar dengan cepat dengan piringan gas di sekelingnya yang kemudian membentuk planet-planet yang beredar mengelilingi matahari. (Agung Mulyo. 2008:20)

C.       PLANET
Planet adalah suatu benda gelap yang mengorbit sebuah bintang(Matahari).
Pengelompokan planet:
·         Berdasarkan dijadikannya Bumi sebagai pembatas;
1.      Planet Inferor,yaitu planet yang orbitnya di dalam orbit Bumi mengitari Matahari.Planet yang termasuk planet inferior adalah Merkurius dan Venus.
2.       Planet Superior,yaitu planet yang orbitnya berada di luar orbit Bumi mengitari Matahari.Planet yang termasuk planet superior adalah Mars, Yupiter, Saturnus ,Uranus, Neptunus, dan Pluto.
·         Berdasarkan dijadikannya lintasan asteroid sebagai pembatas;
1.      Planet Dalam,yaitu planet yang orbinya di sebelah dalam lintasan asteroid.Yang tergolong planet dalam adalah Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars.
2.        Planet Luar,yaitu planet yang orbitnya di sebelah luar lintasan asteroid.Anggota planet luar adalah Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto.
·         Berdaarkan ukuran dan komposisi bahan penyusunnya;
1.      Planet Terestrial/Kebumian,yaitu planet yang ukuran dan komposisi penyusunnya (batuan) mirip dengan Bumi.Yang termask planet terrestrial adalah Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars.
2.      Planet Jovian/Raksasa,yaitu planet yang sangat besar dan komposisi penyusunnya mirip Yupiter(terdiri dari sebagian besar es dan gas hydrogen).Yang tergolong dalam planet Jovian adalah Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
·         Hukum Gerakan Planet:
1.      Hukum I Kepler:”Orbit(lintasan dalam mengitari Matahari) planet berbentuk elips dengan Matahari berada pada salah satu titik apinya.
2.      Hukum II Kepler:”Garis hubung planet-Matahari akan menyapu daerah yang sama luasnya dalam selang waktu yang sama.
3.      Hukum III Kepler:”Jarak rata-rata planet ke Matahari pangkat tiga dibagi periode sideris kuadrat merupakan bilangan konstan” atau “Pangkat dua kala revolusi planet sebanding dengan pangkat tiga jarak planet ke Matahari.(http://ismadizainal.blogspot.com/2011/12/t-eori-asal-usul-tata-surya-dalam-al.html)
D.      ASTEROID
Asteroid adalah benda langit kecil dan padat yang terdapat dalam sistem tata surya kita.Asteroid adalah contoh dari sejenis planet kecil (atau disebut juga planetoida), namun jauh lebih kecil dari sebuah planet.
Asteroid berada dalam sebuah sabuk antara Mars dan Yupiter yang disebut sabuk asteroid.
 Selama 200 tahun Ceres dianggap sebagai asteroid terbesar. Namun pada 23 Agustus 2001, telah ditemukan asteroid yang lebih besar daripada Ceres. asteroid ini bernama 2001 KX 76, lintasan orbitnya di dekat Pluto. Asteroid yang paling kecil mempunyai diameter beberapa puluh meter.
Sepuluh asteroid pertama yang ditemukan:
No
Nama
Penemu
Diameter(Km)
1
Ceres
Piazzi,1 Januari 1801
1003
2
Pallas
Olbers,28 Maret 1802
608
3
Juno
Harding,1 September 1804
250
4
Vesta
Olbers,29 Maret 1807
538
5
Astrea
Hencke,8 Desember 1845
117
6
Hebe
Hencke,1 Juli 1847
195
7
Iris
Hind,13 Agustus 1847
209
8
Flora
Hind,18 Oktober 1847
151
9
Metis
Graham,26 April 1848
151
10
Hygeia
De Gasparis,12 April 1849
450




E.       KOMET
 Komet adalah benda angkasa yang mirip asteroid, tetapi hampir seluruhnya terbentuk dari gas (karbon dioksidametanaair) dan debu yang membeku.
Komet memiliki orbit atau lintasan yang berbentuk elips, lebih lonjong dan panjang daripada orbit planet.
 Ciri fisik:
• Ketika komet menghampiri bagian-dalam Tata Surya, radiasi dari matahari menyebabkan lapisan es terluarnya menguap. Arus debu dan gas yang dihasilkan membentuk suatu atmosfer yang besar tetapi sangat tipis di sekeliling komet, disebut coma. Akibat tekanan radiasi matahari dan angin matahari pada coma ini, terbentuklah ekor raksasa yang menjauhi matahari.
•Coma dan ekor komet membalikkan cahaya matahari dan bisa dilihat dari bumi jika komet itu cukup dekat. Ekor komet berbeda-beda bentuk dan ukurannya. Semakin dekat komet tersebut dengan matahari, semakin panjanglah ekornya. Ada juga komet yang tidak berekor.
 Komet bergerak mengelilingi matahari berkali-kali, tetapi peredarannya memakan waktu yang lama. Komet dibedakankan menurut rentangan waktu orbitnya. Rentangan waktu pendek adalah kurang dari 200 tahun dan rentangan waktu yang panjang adalah lebih dari 200 tahun. Secara umumnya bentuk orbit komet adalah elips.
 Komet terkenal
• Komet Halley, muncul 76 tahun sekali.
• Komet Encke, muncul tiga tahun sekali
Komet dikelompokkan atas:
· Komet periodic,yaitu komet yang penampakannya dapat bilihat dalam selang waktu yang teratur.Contohnya;komet Halley dengan periode 76 tahun dan komet Encke dengan periode 3,3 tahun.
· Komet non-periodik,yaitu komet yang tidak dapat dipekirakan penampakannya karena periodenya sangat lama.

BAB III
AYAT AL-QUR’AN YANG TERKAIT DENGAN MATERI

A.    Al-Fushilat ( ayat 11 )
§NèO #uqtGó$# n<Î) Ïä!$uK¡¡9$# }Édur ×b%s{ߊ tA$s)sù $olm; ÇÚöF|Ï9ur $uÏKø$# %·æöqsÛ ÷rr& $\döx. !$tGs9$s% $oY÷s?r& tûüÏèͬ!$sÛ ÇÊÊÈ 
11. kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
Melalui ayat di atas Allah menyampaikan bahwa langit itu dahulunya berupa asap, dimana hal ini baru bisa dibuktikan pada zaman modern ini dengan menggunakan teknologi yang canggih. Bila kita pergi ke observatorium bintang dan kita mengarahkan teropong ke langit pasti ada asap itu di langit. Hingga saat ini, sisa-sisa asap tersebut membentuk bintang dan planet.
           Langit bukanlah ruangan kosong tanpa isi, tempat-tempat kosong di antara bintang-bintang sebenarnya penuh dengan perantara ajaib, di mana tidak mampu kekuasaan manusia menghitungnya. Benda-benda yang mengisi langit antara lain:
·        Meteor; adalah benda langit yang masuk ke dalam wilayah atmosfer bumi yang mengakibatkan terjadinya gesekan permukaan meteor dan udara dalam kecepatan tinggi. Akibat adanya gesekan yang cepat tersebut menimbulkan pijaran api dan cahaya yang dari kejauhan kita melihatnya seperti bintang jatuh.
·        Meteorit; adalah benda-benda di luar angkasa yang mempunyai kecepatan yang tinggi. Jumlah meteorit di angkasa raya tidak terhitung karena sangat banyak dengan berbagai bentuk, jenis, bahan dan kandungan, warna, sifat, dan sebagainya.
·        Komet; adalah benda langit yang mengelilingi matahari. Komet memiliki orbit garis edar sendiri yang berbentuk sangat lonjong. Komet biasa disebut sebagai bintang berekor karena sifatnya yang bercahaya terang dan memiliki ekor gas debu yang sangat lonjong.
·        Satelit; adalah benda yang mengelilingi planet yang memiliki orbit peredaran sendiri. Satelit bersama planet yang dikelilinginya secara bersama-sama mengelilingi bintang. Bulan adalah satelit alami yang dimiliki oleh bumi yang bersama bumi mengelilingi matahari. Sedangkan satelit Palapa, satelit B1, dan sebagainya adalah satelit buatan manusia yang digunakan untuk tujuan tertentu, seperti komunikasi, intelejensi, riset, dan sebagainya.
·        Bintang; adalah benda langit luar angkasa yang memiliki ukuran besar dan memancarkan cahaya sebagai sumber cahaya. Bintang yang terdekat dengan bumi adalah matahari. Matahari dikelilingi oleh planet-planet anggota tata surya seperti Merkurius, Venus, Bumi, dan seterusnya.
·        Planet; adalah benda langit yang mengelilingi bintang sebagai pusat tata surya. Planet tidak bisa menghasilkan cahaya sendiri, namun dapat memantulkan cahaya.

B.     Al- Anbiyya ( ayat 33 )
uqèdur Ï%©!$# t,n=y{ Ÿ@ø©9$# u$pk¨]9$#ur }§ôJ¤±9$#ur tyJs)ø9$#ur ( @@ä. Îû ;7n=sù tbqßst7ó¡o ÇÌÌÈ  
33. dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.
Dalam Al Qur’an surat Al Anbiyaa’ ayat 33 Allah telah menegaskan bahwa matahari dan bulan beredar di dalam garis edarnya. Ini menunjukkan bahwa matahari juga berputar pada orbitnya. Kenyataannya, baru-baru ini para ilmuwan menemukan bahwa sesungguhnya matahari juga berputar mengelilingi inti matahari.
Oleh karena itu, bagi pendidik muslim yang mengajarkan fisika atau ilmu pengetahuan alam, harus berani menambahkan satu teori lagi tentang asal-usul tata surya, yaitu teori tata surya berdasarkan ayat-ayat al Qur’an dan menerangkan kepada siswa bahwa teori yang terakhir ini yang paling benar. Hal ini sangat penting, agar para pelajar dan generasi muda muslim mengetahui asal-usul tata surya yang sebenarnya dan agar lebih bertambah keyakinannya kepada Allah dan mau berfikir atas tanda-tanda kekuasaan Allah, sehingga lahir generasi muda muslim sejati. (http://salafytobat.wordpress.com/2012/03/14/mutiara-hadits-pekan-ini-2-2/)
3.      Yaa Sinn ayat 38
ߧôJ¤±9$#ur ̍øgrB 9hs)tGó¡ßJÏ9 $yg©9 4 y7Ï9ºsŒ ㍃Ïø)s? ̓Íyèø9$# ÉOŠÎ=yèø9$# ÇÌÑÈ  
38. dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.
Matahari berjalan sesuai dengan perintah Allah, terbit dari arah timur dan terbenam di arah barat sampai akhir masa. Ketika sudah mendekati hari kiamat maka matahari akan terbit dari tempat terbenamnya, dan itulah salah satu tanda besar hari kiamat sebagaimana telah mutawatir hadist-hadist dari Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam tentangnya. Apabila telah habis alam ini dan tiba hari kiamat maka matahari pun digulung, seperti yang Allah firmankan :

إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ
“Apabila matahari digulung” (Q.S at Takwir : 1)

Maka matahari digulung, hilang cahayanya dan beserta rembulan dilemparkan ke dalam Jahannam. Apabila dunia telah musnah maka hilang pula kebutuhan terhadap keduanya.
Kesimpulannya : bahwasannya matahari pulang-pergi berjalan pada tempat beredarnya. Tempat beredarnya adalah sujudnya matahari di bawah ‘arsy dalam perjalanannya terbit dan tenggelam seperti penjelasan yang telah lalu dalam hadist yang sahih.

ذلك بتقدير العزيز العليم
“Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”
Yaitu ketetapan yang telah ditentukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala baginya. (http://ngajialquran.wordpress.com/2011/05/30/tafsir-surat-yasin-ayat-38/)

BAB IV
PENUTUP
A.    Simpulan
Tata surya adalah sekumpulan benda- benda langit yang terdiri dari bintang yang disebut dengan matahari dan benda- benda yang mengelilinginya. Teori asal usul tata surya terdiri 5 teori yaitu teori nebula, teori plenetesimal, teori pasang surut, teori bintang  serta teori awan debu dan proto planet. Untuk teori plenetesimal, teori pasang surut, teori bintang hampir memiliki kemiripan dalam proses pembentukannya yaitu dimana dalam alam semesta ini sudah ada bintang yang lebih dahulu ada kemudian bintang tersebut meledak menjaid berkeping-keping dinama hasil ledakan tersebut menjadi planet-planet yang sekarang ini ada.
B.     Saran
1.      Bagi para pembaca, penulis harap makalah ini dapat menjadi pemacu untuk lebih rajin lagi dalam menambah pengetahuan mengenai materi ini.
2.      Penulis harap para pembaca dapat menjadikan kesalahan yang tidak sengaja telah kami buat dalam makalah ini, dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran.













DAFTAR PUSTAKA

Tjasyono, Bayong. 2009. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Bandung. Sekolah pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Mulyo, Agung. 2008. Ilmu Kebumian. Bandung : Pustaka Setia
Admiranto, Gunawan. 2009. Menjelajahi Tata Surya. Yogyakarta. Kanisius.
Rasyid. 2012. Konsep Al-Quran tentang Tata Surya. http://rasyidassaify.blogspot.com/2012/03/konsep-al-quran-tentang-tata-surya.html ( diunduh pada tanggal 27 Feb 2013 Pukul 05.39)
Anonimous. 2012. Bukti Sience Matahari Mengelilingi garis edarya. http://salafytobat.wordpress.com/2012/03/14/mutiara-hadits-pekan-ini-2-2/ ( Diunduh pada tanggal 26 Februari 2013 Pukul 16.33 )
Anonimous. 2012. Teori Asal Usul Tata Surya. http://ilmufajar.com/index.php/teori-asal-usul-tata-surya/ ( Diunduh Pada tanggal 26 Februari 2013 Pukul 15.23 )
Ismadi, Zainal. 2011. Teori Asal Usul Tata Surya dalam Al-Quran. http://ismadizainal.blogspot.com/2011/12/t-eori-asal-usul-tata-surya-dalam-al.html (Diunduh pada taggal 27 Feb 2013 puluk 06.00)
Abdirrohman, Abu. 2011. Tafsir Surat Yasin ayat 38. http://ngajialquran.wordpress.com/2011/05/30/tafsir-surat-yasin-ayat-38/ ( Diunduh pada tanggal 27 Februari 2013 pukul 06.07 )