BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Jika kita mengamati matahari pada siang hari serta
bulan dan bintang pada malam hari, kita pasti melihat semua benda langit itu
tampak bergerak mengitari bumi. Seolah-olah bumi menjadi pusat alam semsta.
Sulit mmbayangkan bahwa sebenarnya bumi bukan pusat alam semesta, tetapi
menjadi satelit benda langit lain yang menurut penglihatan kita bergerak
mengitari bumi. Oleh sebab itu wajarlah, jika pada awal perkembangan ilmu
astronomi, hipotesis yang paling banyak diterima tentang kedudukan bumi di alam
semesta adalah hipotesis geosentris, bumi adalah pusat alam semesta.
Dalam perjalanan waktu,seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi kemudian
diketahui bahwa bumi beserta planet-planet lain mengelilingi matahari. Dan matahari
beserta planet-planet itu ternyata hanya salah satu dan sekian banyak tata
surya di dalam galaksi bima sakti. Dan bima sakti hanylah satu bagian dari
sekian banyak galaksi di alam semesta, dan seterusnya. Semakin bertambah
lengkaplah pengetahuan manusia menenai alam semesta walaupun tetap masih sangat
banyak misteri yang belum diketahui hingga kini.
2.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
asal-usul terbentuknya tata surya?
2. Bagaimanakah asal-usul
terbentuknya tata surya menurut Teori Nebulae atau Nebular Hyphothesis
(Kant-Laplace)?
3. Bagaimanakah asal-usul
terbentuknya tata surya menurut Teori Planetisimal dan
pasang surut bintang
4. Bagaimanakah asal-usul
terbentuknya tata surya menurut Teori
awan debu atau Proto Planet
3.
Tujuan
1. Dapat
mengetahui asal-usul terbentuknya tata surya
2. Dapat
mengetahui asal-usul terbentuknya tata surya menurut Teori Nebulae atau
Nebular Hyphothesis (Kant-Laplace)
3. Dapat
mengetahui asal-usul terbentuknya tata surya menurut Teori
Planetisimal dan pasang surut bintang
4. Dapat
mengetahui asal-usul terbentuknya tata surya menurut Teori awan debu atau Proto Planet
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Peta
Konsep Teori Asal Usul Tata Surya
B.
Teori
Asal-Usul Terbentuknya Tata Surya
Tata surya adalah sekumpulan benda- benda langit
yang terdiri dari bintang yang disebut dengan matahari dan benda- benda yang
mengelilinginya.
Susunan tata surya terdiri atas bintang yang disebut
matahari dan semua objek yang mengelilinginya. Objek-objek tersebut termasuk
planet-planet bersama masing-masing satelitnya,
asteroid, komet, dan kumpulan meteroit.
Gambar
1
Tata
Surya
|
Sudah sejak lama,
beberapa bangsa seperti bangsa mesir,
babilonia, cina dan yunani secara teliti mengamati benda-benda langit dan
pergerakannya. Bangs yunani mengamati bahwa dilangit ada benda-benda yang
kelihatan bergerak relatif terhadap bintang-bintang. Mereka menamakan
benda-benda langit ini sebagai planeten, yang berarti “Pengelana”. Inilah yang
sekarang kita kenal sebagai planet-planet mulia dari merkurius sampai yupiter.
(Gunawan
Admiranto. 2009:2)
Dari bangsa yunani
pula berkembang, konsep-konsep kosmologi (paham tentang struk alam semsesta)
yang bersifat rasional dan dan tidak diselubungi hal-hal yang berbau mitologis.
Tokoh yang pertama mengembangkan kosmologi semacam ini adalah Thales dari
Miletus (sekitar 629-555 SM) yang sering disebut sebagai filsuf yunani dan
astronom pertama. Thales berhasil mengembangkan metoda survei dan trigonometri
yang dipelajari dari bangsa Babilonia
dan Mesir. Metode ini kemudian diterapkan untuk benda-benda langit.
(Gunawan
Admiranto. 2009:2)
Thales juga menjadi
orang pertama yang berupaya memberikan gambaran tentang alam semesta tanpa
memasukkan hal-hal yang bersifat supernatural. Thales melihat bahwa air
memiliki 3 tingkat wujud, yaitu padat, cair dan gas. Kemudian, ia mengusulkan bahwa segala sesuatu
yang ada di alam semesta itu tersususn dari air dalam berbagai tingkat
wujudnya. Diusulkan pula bahwa alam
semesta adalah sebuah bola air raksasa tempat bumi berda di dalam gelembung.
Bumi mengembang diatas permukaan air, dan diatas bumi, terdapat sekumpulan air
yang menjadi sumber datangnya hujan yang menimpa bumi. Benda-benda langit
melayang didalam air alam semesta dan bergerak sebagaimana ditunjukkan oleh
pengamatan. (Gunawan Admiranto.
2009:2)
Tokoh lain yang
penting setelah Thales adalah Phytagoras (sekitar 580-500 SM). Dialah yang
pertama kali mengembangkan gagasan bahwa alam semesta mengikuti hukum-hukum
yang bersifat kuantitatif. Phytagoras menyatakan baha masing-masing benda
langit, yakni bulan, matahari, bumi, dan planet-planet terletak pada bola-bola
konsentris (Sepusat) yang berputar mengitari pusat alam semesta
(api pusat). (Gunawan Admiranto.
2009:3)
Menurut Phytagoras,
keberaturan alam semesta mirip dengan keberaturan tangga nada pada dawai lira.
Bahkan, ia berpendirian bahwa seluruh benda ini, dalam pergerakannya,
mendengungkan nada-nada yang hanya dapat didengarkan orang-orang tertentu saja.
Keteraturan dalam hal ini, keteraturan numerik seperti pada perbandingan
panjang dawai lira merupakan prinsip utama yang mendasari konsep alam semesta
Phytagoras.Inilah sumbangan terbesar Phytagoras karena sebelum dia, pemahaman
manusi tentang alam selalu diselubungi mitologi. Bahkan, sampe sekarang pun
beberapa ahli kosmologi masih berpendirian seperti Phytagoras. Mereka melihat
adanya keteraturan numerik dalam alam yang masih belum mampu dipahami. Pendapat
ini muncul setelah mereka mendapatkan bebrapa “kebetulan” dalam
hubungan-hubungan beberapa besaran dasar di alam. (Gunawan
Admiranto. 2009:3)
Setelah Phytagoras,
tokoh-tokoh yang lain berperan dalam perkembangan kosmologi yunani kuno adalah
Plato, Eudoxus, dan Aristoteles. Plato berpendapat bahwa lingkaran dan bola
adalah bentuk geometri paling sempurna. Oleh sebab itu, ia berpendirian bahwa
semua benda langit bergerak dalam lintasan berbentuk lingkaran karena mereka
semua diciptakan oleh makhlik yang sempurna, Tuhan. Menurutnya, semua benda
langit bergerak mengitari bumi yang bulat dalam lintasan berbentuk lingkaran.
Gunawan
Admiranto. 2009:3)
Seorang murid
Plato, Eudoxus, mulai mengembangkan teorinya berdasarkan pengamatan benda-benda
langit. Mungkin dialah orang yang pertama kali membuat teori tentang alam
semesta berdasarkan data pengamatan, bukan hanya spekulasi
intelelktualbelaka. Menurut Eudoxus,
setiap planet terletak pada bola-bola konsentris, dan pergerakan planet
bergerak disebabkan rotasi bola-bola ini. Karena laju rotasi dan kedudukan
sumbu rotasi bola-bola ini berbeda-beda , efeknya adalah pergerakan planet
sebagaimana diamatiEudoxus, misalnya gerak retrograd (gerak maju-mundur) Mars.
Gunawan Admiranto. 2009:)
Setelah Eudoxus,
tokoh besar dalam kosmologi yunani kuno adalah Aristoteles. Tokoh ini
mengembangkan gagasan Eudoxus lebih jauh. Ia berpendirian bahwa bumi merupakan
pusat alam semseta dan menjadi titik pusat peredaran benda-benda langit,
seperti matahari, bulan dan planet-planet. Gunawan Admiranto. 2009:4)
Aristoteles yang
hidup sekitar tahun 350 SM mengatakan bahwa alam semesta terdiri dari 55 buah
bola sepusat, dan setiap bola menjadi tempat kedudukan satu benda langit.
Bola-bola ini masing-masing berputar dengan kecepatan yang berbeda sehingga
kadang-kadang ada yang kelihatan bergerak mundur untuk kemudian maju lagi
seperti yang diamati pada mars (gerak retrograd) yang sebenarnya diakibatkan
oleh kedudukan orbit Mars yang terletak di luar orbit bumi. Bola terluar dari
ke 55 bola ini merupakan tempat kedudukan bintang yang tetap diam. Di luar
sistem bola, terdapat penggerak utama sistem semesta, yang menurut Aristoteles
dinamakan primum Mobile. (Gunawan
Admiranto. 2009:4)
Sekitar tahun 140 SM,
muncul teori lain tentang susunan dan struktur alam semesta. Teori ini ,
seperti teori Aristoteles, juga meletakkan bumi di pusat alam semesta dan di
usulkan oleh Claudius Ptolomous yang berasal dari Alexndria di Mesir. Teori
Ptolomeus ini pertama-tama dibuat untuk menjelaskan adanya gerak retrograd
planet. Ptolomeus menjelaskan konsepnya
dalam buku berjudul Almagest. Ptolomeus menjelaskan bahwa sebuah benda langit
bergerak melingkari sebuah titik, dan lintasan benda ini disebut episikel.
Episikel bergerak dalam lingkaran lebih besar yang disebut deferent. Bumi bukan
pusat defferent melainkan terletak tidak terlalu jauh dari pusat defferent,
yakni pada titik yang disebut equant. (Gunawan Admiranto.
2009:4)
Hipotesis Ptolomeus
ini bertahan cukup lama dan dianggap sebagai model standar alam semesta selama
hampir 15 abad. Hal ini tidak terlalu mengharapkan karena sesuai dengan
pengmatan sekilas yang dilakukan manusia. Selain itu, juga memuaskan ego
manusia karena bumi diletakkan pada pusat alam semesta. Ini mengisyaratkan
bahwa manusia adalah pusat alam semesta. (Gunawan
Admiranto. 2009:5)
Selain hipotesis
Aristoteles dan Ptolomeus, ada hipotesis lain tentang alam semesta yang
diusulkan oleh Aristrachus dari Samons. Menurut Aristrachus, pusat alam semesta
bukan bumi, melainkan matahari. Bumi hanyalah salah satu dari beberapa planet
yang mengitari matahari dalam orbit yang berbentuk lingkaran. Namun, hipotesis
Aristrachus ditolak oleh Aristoteles dan Ptolomeus yang tetap berpegang pada hipotesis geosentris. Hipotesis
geometris mampu bertahan sampai belasan abad. (Gunawan
Admiranto. 2009:5)
Pada abad ke 15, terjadilah revolusi besar dalam teori tentang tata surya seperti yang diusulkan oleh nicolaus, Copernicus (1473-1543). Copernicus,sperti Aristrachus mengusulkan bahwa semua benda langit, termasuk bumi, bergeraak mengitari matahari dalam orbit yang berbentuk lingkaran. Teori heliosentris (Helio berarti matahari) ini dituangkan pada tahun 1543 dalam bukunya The
Gambar
2
Sistem
Tata Surya Heliosentris
|
Teori heliosentris
copernicus ini cukup menghebohkan dunia ilmiah Eropa pada saat itu, seiring
dengan reformasi yang sedang berjalan. Pada 1616, gereja katolik bereaksi keras
lalu memasukkan buku Copernicus ke dalaam indeks, yakni daftar buku-buku
terlarang karena dianggap menghujat. Larangan ini baru dicabut pada tahun 1835. (Gunawan Admiranto.
2009:5)
Messkipun teori Copernicus mendapat banyak
tentangan,banyak ilmuwan semakin berusha mempelajari dan menggunakannya sebagai
landasan pemikiran ilmiah tentang alam semesta. Mereka mendapati bahwa teori
heliosentris Copernicus jauh lebih rasional dan lebih cocok dengan pengamatan
dibandingkan teori-teori geosentris sebelumnya. Meskipun demikian, teori
Copernicus masih mengandung beberapa kesalahan. Berbeda dengan yang diusulkan
Copernicus, ternyata bentuk orbit planet berbentuk orbit elips, laju orbit
planet tidak selalu tetap, dan matahari bukanlah pusat alam semesta. Apapun
kekurangan teori heliosentris, tetapi Copernicus tetap dianggap sebagai tonggak
awal perkembangan astronomi modern. (Gunawan Admiranto. 2009:5)
Setelah Copernicus, tokoh-tokoh lain yang sangat
berjasa dalam perkembangan dunia astronomi adalah Tycho Brahe dan Johanens
Kepler. TychoBrahe memiliki sebuah observatorium dan bekerja sama dengnan
asitennya Johanes Kepler. Hasil-hasil pengamatan Brahe dan heliosentris dipakai
Brahe untuk membuat hipotesis tentang pergerakan planet-planet. Ia berhasil
merumuskan hokum-hukum empiris tentang pergerakan planet, yang kemudian dikenal
dengan nama hokum-hukum Kepler. Berdasarkan hokum-hukum kepler ini, Sir Issac
Newton merumuskan ketia hukum tentang mekanika dan hukum gravitasi. (Gunawan
Admiranto. 2009:6)
Pada tahun 1609 Kepler mendukung gagasan tersebut
dengan mengemukakan tiga hukumnya yang selain menyebutkan bahwa matahari
sebagai pusat dari tata surya, juga memperbaiki orbit planet menjadi elips.
Pada tahun yang sama Galileo menemukan teleskop. Melalui pengamatan dengan
teleskop Ia menarik kesimpulan bahwa yang menjadi pusat tata surya bukan bumi,
melainkan matahari. Penemuan teleskop oleh Galileo tidak hanya menguatkan paham
heliosentris dari Cpernicus, tetapi membuka lembaran baru dalam perkembangan
ilmu astronomi. (Gunawan Admiranto. 2009:6)
Teori-teori tentang proses terbentuknya tata surya
dapat dikelompokan menjadi beberapa teori, yaitu sebagai berikut. (Gunawan
Admiranto. 2009:6)
1.
Teori
Nebulae atau Nebular Hyphothesis (Kant-Laplace)
Hipotesis pertama mengenai
terbentuknya matahari dikemukakan pada tahun 1755 oleh filsuf jerman, Immanuel
Kant (1724-1804). Ia menyatakan bahwa tata surya terbentuk dari suatu zat utama
(primary matter) yang memenuhi ruang angkasa. Bagian dari zaat ini yang berupa
zat padat berada dalam keaadaan diam tak bergera, tetapi satu sama lain
memiliki massa dan kepadatan yang berbeda.
(Bayong
Tjasyono. 2009:15)
Gambar
3
Teori
Nebula
|
Akibat adanya tarik-menarik antara sesama
partikel dari zat yang memenuhi ruang angkasa ini, partikel-pattikel tersebut
mulai bergerak dan berkondensasi (pengembunan) secara terpisah. Proses ini
secara terusberlangsung dan saling interaksi. Kondensasi-kondensasi
(pengentalan) yang lebih besar menarik kondensai-kondensasi yang lebih kecil
dan terbentuklah knot (sampul-sampul) yang besar dari zat tersebut. Selain gaya
saling menarik, terjadi gerakan partikel-partikel akibat gaya saling
tolak-menolak (force of mutual
repulsion). Gerakan-gerakan yang diakibatkan gaya ini menyebabkan
partikel-partikel yang bertemu saling bertubrukan dan terpental satu sama lain
ke arah yang berbeda-beda. Arah yang paling sering dituju oleh
partikel-partikel yang bergerak ini menjadi predominant (pengaruhnya semakin
kuat) dan suatu massa (kelompok) dari simpul-simpul yang terdiri atas zat utama
tersebut mulai bergerak ke suatu arah, mengitari satu simpul yang terbesar
dalam kelompok itu dan terus membesar menjadi pusat tata surya yaitu matahari.
Partikel-partikel lain yang terus mengitari
matahari secara melingkar menyerupai debu meteor. Masing-masing memilki pusat
gaya tarik yang kelak menjadi titik
pusat (nuclei) dari planet-planet yang akan dibentuk. Secara bertahap dan
terpadu dibawah kekuatan gaya tarik, semua meteor berubah menjadi susunan
planet yang mengelilingi matahari. Salah satu dari planet-planet terssebut
adalah bumi. (Bayong Tjasyono. 2009:16)
Pierre Simon Laplace (1748-1827) astronomer
dan ahli matematika dari perancis,
pada tahun 1796 mengajukan
hipotesis tentang terbentuknya tata surya dan alam semesta. Ia menyatatakan
bahwa matahari, planet-planet beserata satelit-satelitnya terbentuk dari
zat-zat yang pasa mulanya berupa gumpalan awan gas yang mengembun (nebula)
dalam keadaan berputar(rotasi) berbentuk seperti cakram. Akibat gaya tarik
antara sesama partikel-partikel pusat nebula mengalami kondensasi
(pengembunan). Pada massa awal pembentukan tata surya, bagian ini menjurus
kearah terbentuknya matahari sebagai pusat tata surya. (http://ilmufajar.com/index.php/teori-asal-usul-tata-surya/)
Pada mulannya, matahari diselimuti oleh
nebula yang bergerak sejajar mengitarinya. Partikel-partikel yang terdekat
dengan mathari membentuk orbit-orbit dengan radius paling kecil sementara yang
berada pada jarak yang lebih jauh orbit lingkaranya memiliki radius lebih
panjang pada jangka waktu (span of time) yang sama. Oleh karena itu, semakin
jauh jaraknya dari titik pusat tata surya (matahari), semakin lemah pengaruh
gaya tariknya (garvitasi) dan semakin kuat gaya sentrifiguralnya. Pada jarak
tertentu dari titik pusat tersebut, kekuatan-kekuatan ini mencapai suatu
kesetimbangan. Titik kesetimbangan ini
merupakan batas antara susunan tata surya terhadap gugusan benda-benda yang
berada di cakrawala lainya. (http://ilmufajar.com/index.php/teori-asal-usul-tata-surya/)
Dari uraian
diatas dapat kita disimpulkan bahwa tata surya pada awalnya adalah sebuah kabut
raksasa yang terbentuk dari debu, es dan gas yang disebut dengan nebula dan
unsur gas yang sebagian besar terdiri dari hydrogen. Akibat gaya gravitasi,
maka kabut menyusut dan berputar pada arah tertentu, mengalami pemanasan suhu
dan akhirnya menjadi bintang raksasa yang disebut dengan matahari. Matahari
raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, sehingga cincin- cincin gas
dan es terlempar dari matahari. Seiring waktu, dengan adanya gaya gravitasi,
maka gas- gas tersebut memadat seiring dengan adanya penurunan suhu dan
membentuk planet dalam dan planet luar. Hipotesis nebula ini terdiri dari beberapa tahap yaitu :
1.
Matahari
dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu pekat dan
besar
2.
Kabut
tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi di pusat
lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan materi
lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang disebut
sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.
3.
Materi-materi
tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan secara teratur
mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk Susunan
Keluarga Matahari .
Hipotesis Laplace dapat menjelaskan mengapa planet-planet
bergerak mengelilingi matahari searah dengan putaran matahari pada sumbunya. Ia
juga dapat menjelaskan mengapa orbit gerakan planet-planet berotasi pad
sumbunya, dan sebagainya.( http://ilmufajar.com/index.php/teori-asal-usul-tata-surya/)
Dari hasil pengkajian lebih lanjut terhadap
alam semesta dan susunan tata surya , banyak fakta baru yang ditemukan
bertentangan dengan asas-asas yang dikemukakan oleh Kant dan Laplace. Terdapat
beberapa satelit yang arah rotasinya tidak sama dengan arah putaran
planet-planetnya seperti Uranus dan Yupiter.
Teori kabut ini telah dipercaya orang selama kira-kira
100 tahun, tetapi sekarang telah banyak ditinggalkan karena tidak mampu
memberikan jawaban-jawaban kepada banyak hal atau masalah di dalam tata surya
kita dan karena munculnya banyak teori baru yang lebih memuaskan.
2.
Teori
Planetisimal dan Pasang Surut bintang
Chamberlin-Multon
(1905) mengemukakan teori planetisimal, merupakan konsep baru diluar jalur
hipotesis Kant dan Laplace. Mereka berhipotesis pada dugaan bahwa planet-planet
merupakan bagian dari matahari yang terlempar keluar karena terjadinya
ledakan-ledakan dahsyat yang berupa gas pada permukaan matahari.
Gambar 4
Teori Planetesimal
|
Gas
yang berasal dari sempalan matahari selanjutnya mengalami kondensasi
(pengembunan) dan akibatnya menjadi massa padat yang disebut planetisimal.
Dalam perkembanganya, planetisimal terus menarik bagian-bagian kecil
disekitarnya sehingga sebagian akan menjadi besar. Bumi merupakan salah satu
dari planetisimal yang masih terus tumbuh dengan menarik benda-benda kecil
disekelilngnya, yaitu meteroit atau bintang yang beralih yang dapat disaksikan
setiap malam hari. (http://ismadizainal.blogspot.com/2011/12/t-eori-asal-usul-tata-surya-dalam-al.html)
Teori ini menyatakan bahwa matahari yang kita lihat
sekarang memang sudah ada sebagai salah satu dari bintang-bintang yang banyak.
Pada suatu masa ada sebuah bintang lain yang berpapasan dengan matahari
tersebut pada jarak yang tidak terlalu jauh. Sebagai akibatnya maka terjadilah
pasang naik pada permukaan matahari maupun pada permukaan bintang tersebut.
Akibat selanjutnya maka sebagian dari massa matahari tersebut ada yang tertarik
ke arah bintang.Pada waktu bintang itu menjauh, menurut Moulton dan Chamberlin,
sebagian dari massa matahari tersebut jatuh kembali ke permukaan matahari dan
sebagian lagi terhambur ke ruang angkasa. Bagian yang terhambur ke ruang
angkasa inilah yang dinamakan planetisimal yang kemudian menjadi planet-planet
dan satelitnya kemudian beredar pada orbitnya. (http://ismadizainal.blogspot.com/2011/12/t-eori-asal-usul-tata-surya-dalam-al.html)
Teori yang lebih baru dikemukakan oleh Jean
dan Jeffreys. Mereka mengatakan bahwa suatu bintang yang sangat besar (lebih
besar dari matahari) pernah lewat dengan jarak tidak jauh dari matahari.
Melintasnya bintang itu menyebabkan gelombang pasang sehingga sebagian massa
matahari terlepas dan terlempar keluar. Bagian dari massa matahari yag
terlempar selanjutnya megalami pemadatan dan pecah menjadi benda-benda tersendiri
yang disebut planet-planet. .( http://ilmufajar.com/index.php/teori-asal-usul-tata-surya/)
Teori Pasang-Surut ini hampir sama dengan teori
Planetisimal. Teori Jeans dan Jeffreys dinamakan teori pasang surut. Teori
pasang surut ini mengatakan bahwa setelah bintang itu menjauh maka massa
matahari yang lepas itu membentuk bentukan cerutu yang menjolok ke arah
bintang. Kemudian sebagai akibat bintang yang semakin menjauh maka masa cerutu
itu terputus-putus dan membentuk gumpalan gas di sekitar matahari.
Gumpalan-gumpalan gas itulah yang kemudian menjadi planet-planet dan satelitnya
yang kemudian beredar pada orbitnya. Atau dengan kata lain
Setelah bintang itu berlalu dengan gaya tarik bintang yang besar pada permukaan
matahari terjadi proses pasang surut seperti peristiwa pasang surutnya air laut
di bumi akibat gaya tarik bulan. Sebagian massa matahari itu membentuk cerutu
yang menjorok kearah bintang itu mengakibatkan cerutu itu terputus-putus
membentuk gumpalan gas di sekitar matahari dengan ukuran yang berbeda-beda,
gumpalan itu membeku dan kemudian membentuk planet-planet. .( http://ilmufajar.com/index.php/teori-asal-usul-tata-surya/)
Teori
ini menjelaskan mengapa planet-planet di bagian tengah seperti Yupiter,
Saturnus, Uranus dan Neptunus merupakan planet raksasa sedangkan di bagian
ujungnya merupakan planet-planet kecil. Kelahiran kesembilan planet itu karena
pecahan gas dari matahari yang berbentuk cerutu itu maka besarnya planet-planet
itu berbeda-beda yang terdekat dan terjauh besar tetapi yang di tengah lebih
besar lagi.
Demikian
juga, terbentuknya satelit-satelit yang mengelilingi planet dapat dijelaskan dengan
teori diatas. Sebagai gaya penariknya adalah matahari yang massanya jauh lebih
besar dari planet-planetnya. Dengan demikian, secara perhitungan, material
bulan sama dengan material kulit bumi terluar.( http://ilmufajar.com/index.php/teori-asal-usul-tata-surya/)
3. Teori bintang Kembar
Satu lagi teori yang hampir
sama dengan teori Planetisimal yaitu teori Bintang kembar dan di kemukan
kira-kira pada tahun tahun 1930. Teori ini menyatakan bahwa dahulu memang sudah
ada dua buah bintang kembar. Salah satu dari bintang kembar itu kemudian
meledak dan menjadi berkeping –keping. Karena pengaruh gravitasi bintang yang
tidak meledak maka kepingan-kepingan itu berputar mengelilingi bintang
tersebut. Bintang yang tidak meledak itu kemudian menjadi matahari yang kita
lihat sekarang. Kepingan-kepingan yang berputar mengelilinginya kemudian
menjadi planet-planet dan satelit-satelit. (http://ismadizainal.blogspot.com/2011/12/t-eori-asal-usul-tata-surya-dalam-al.html)
4. Teori awan debu (kondensasi)
Teori
awan debu ini dikemukakan oleh Carl von Weizsaeker (1940) kemudian
disempurnakan oleh Gerard P Kuiper (1950). Sebelum teori awan debu yang
dikemukakan oleh Gerard P kuiper ada seorang ilmuwan Rusia yaitu Otto Schmidt
ia berpendapat bahwa kosmogoni modern
haruslah melibatkan studi kuantitatif
tidak hanya kualitatif berdasarkan metode matematika dan statistika. (Agung
Mulyo. 2008:20)
Pada tahun 1944 otto Schmidt mengajukan suatu
hipotesis baru diantaranya bahwa planet-planet dalam gugus tata surya berasal
dari suatu nebula debu gas yang tertarik oleh matahari, ewaktu ia bergerak di
ruang angkasa. Akibat pengaruh gravitasi partikel-partikel meteorit padat yang
mengitari matahari memampat menjadi padu dan terbentuklah planet-planet. Proses
pemampatan plent-planet (unification
process of planets) berlangsung terus secara agak intensif selama debu-debu
meteor (meteor shower) merapat
(dense). (Agung Mulyo. 2008:20)
Sejak 2 miliyar tahun terakhir,curahan
bebatuan atau debu meteor yang jatuh kebumi telah berkurang. Pada awal-awal
kejadiannya, bumi tidak pernah panas. Suhu rata-ratanya paling tinggi 40Celcius.
Panas atau pemanasan bumi pada massa setelah itu disebabkan dampak dari
peluruhan (decay) unsure-unsur radioaktif. (Agung Mulyo. 2008:20)
Hipotesis Schmidt tidak dapat menjelasakan
asal muasal awan atau kabut debu gas meteroit (meteroit gas-dust cloud) disekitar matahari yang merupakan bahan-bahan
atau benda yang semula ada sebagai pembentuk planet-planet. Kendati secara
matematik terbukti bahwa kemungkinan matahari meraup awan tersebut dari
galaksi, hal ini sangat langka sehingga pembentukan planet-planet hingga saat
ini masih merupakan fenomena yang unik dalam alam semesta. para ilmuwan terus
berusaha mencari penjelasan tentang asal muasal keberadaan awan berdebu
disekitar matahari tersebut. (Bayong Tjasyono. 2009:21)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh seorang
ahli astrofisika Rusia V.A.Ambartsumaya, membuktikan bahwa bintang secara
berkisanambungan berformasi melalui kondensasi dari zat yang ada dalam nebula
mencair. Lebih lanjut astronaut Rusia bernama V.G. Fesenkov membuat suatu
hipotesis bahwa matahari beserta planet-planet yang beredar
disekelilingnya berasal dari “common gas
–dust medium”. (Bayong Tjasyono. 2009:21)
Pada saat matahari terbentuk sebagai suatu
bintang biasa massa dan rtasinya yang besar dan kencang membentuk gas-dust
cloud yang kepadatanyan tidak sama dengan zat asalnya yang berada di
matahari.selanjutnya, terjadi evolusi secara bertahap di bawah pengaruh
kekuatan gaya tarik (gravitasi) dan menjurus pada terbentuknya planet-planet.
Berdasrkan hipotesis ini pembntukan planet-planet merupakan bagian dari
keseluruhan proses pembentukan bintang-bintang dan menggambakan fenomena
mengenai terciptanya seluruh alam semesta. (Bayong Tjasyono. 2009:21)
Lebih lanjut, Venskov berpendapat bahwa
sebagaimana planet-planet lainnya, bumi juga terbentuk langsung dengan
keseluruhan massanya, dan bukan dari hasil suatu proses yang lama melalui
penempatan partikel debu yang terpisah. (Bayong Tjasyono. 2009:21)
Pada tahun 1940-an Weiszaker dan
disempurnakan oleh Gerard P.kuiper (tahun 1950)
mengemukakan teori yang disebut dengan “teori Vorteks (pusaran) “. Dua
gagasan yang dikembangkan dalam teori ini adalah :
1. Nebula
(kabut) mula-mula bergolak (turbulen), tidak diam. Gerakan nebula ini membantu
dalam pembentukan planet.
2. Pembentukan
planet sekurang-kurangnya melalui dua proses yaitu pembentukan planetisimal,
kemudian protoplanet (gumpalan kabut gas).
Menurut Von Weiszacker, nebula terdiri ats
vortex-vorteks (pusaran-pusaran) yang merupakan sifat gerakan gas. Gerakan gas
dalam nebula menyebabkan pola sel-sel bergolak (turbulen). Pada batas antar
sel-sel turbulen, terjadi tumbukan antara partikel yang kemudian membesar dan
menjadi planet. Teori yang dikemukakan oleh Von Weiszacker adalah teori
vorteks .
Gambar 5
Teori Awan Debu
|
Kuiper mengemukakan bahwa pembentukan planet melalui
turbulensi (golakan) nebula yang membantu tumbukan planetisimal, sehingga
planetesimal mebesar dan tumbuh sebagai protoplanet kemudian menjadi planet.
Teori yang dikemukan oleh kuiper disebut teori proplanet . (Agung Mulyo. 2008:21)
Weizsaecker
dan Kuiper, berpendapat bahwa tata surya berasal dari awan yang sangat luas yang
terdiri atas debu dan gas (hidrogen dan helium). Ketidakteraturan dalam awan
tersebut menyebabkan terjadinya penyusutan karena gaya tarik menarik dan
gerakan berputar yang sangat cepat dan teratur, sehingga terbentuklah piringan
seperti cakram. Inti cakram yang menggelembung menjadi matahari, sedangkan
bagian pinggirnya berubah menjadi planet-planet.
Ahli
astronomi lainnya yang mengemukakan teori awan debu antara lain, F.L Whippel
dari Amerika Serikat dan Hannes Alven dari Swedia. Menurutnya, tata surya
berawal dari matahari yang berputar dengan cepat dengan piringan gas di
sekelingnya yang kemudian membentuk planet-planet yang beredar mengelilingi
matahari. (Agung Mulyo. 2008:20)
C. PLANET
Planet adalah suatu benda gelap yang mengorbit sebuah bintang(Matahari).
Pengelompokan planet:
Pengelompokan planet:
· Berdasarkan
dijadikannya Bumi sebagai pembatas;
1.
Planet Inferor,yaitu
planet yang orbitnya di dalam orbit Bumi mengitari Matahari.Planet yang
termasuk planet inferior adalah Merkurius dan Venus.
2.
Planet Superior,yaitu planet yang orbitnya
berada di luar orbit Bumi mengitari Matahari.Planet yang termasuk planet
superior adalah Mars, Yupiter, Saturnus ,Uranus, Neptunus, dan Pluto.
· Berdasarkan dijadikannya lintasan asteroid sebagai pembatas;
1.
Planet Dalam,yaitu planet
yang orbinya di sebelah dalam lintasan asteroid.Yang tergolong planet dalam
adalah Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars.
2.
Planet Luar,yaitu
planet yang orbitnya di sebelah luar lintasan asteroid.Anggota planet luar
adalah Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto.
· Berdaarkan ukuran dan komposisi bahan penyusunnya;
1.
Planet
Terestrial/Kebumian,yaitu planet yang ukuran dan komposisi penyusunnya (batuan)
mirip dengan Bumi.Yang termask planet terrestrial adalah Merkurius, Venus,
Bumi, dan Mars.
2.
Planet
Jovian/Raksasa,yaitu planet yang sangat besar dan komposisi penyusunnya mirip
Yupiter(terdiri dari sebagian besar es dan gas hydrogen).Yang tergolong dalam
planet Jovian adalah Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
· Hukum Gerakan Planet:
1.
Hukum I
Kepler:”Orbit(lintasan dalam mengitari Matahari) planet berbentuk elips dengan
Matahari berada pada salah satu titik apinya.
2.
Hukum II Kepler:”Garis
hubung planet-Matahari akan menyapu daerah yang sama luasnya dalam selang waktu
yang sama.
3.
Hukum III
Kepler:”Jarak rata-rata planet ke Matahari pangkat tiga dibagi periode sideris
kuadrat merupakan bilangan konstan” atau “Pangkat dua kala revolusi planet
sebanding dengan pangkat tiga jarak planet ke Matahari.(http://ismadizainal.blogspot.com/2011/12/t-eori-asal-usul-tata-surya-dalam-al.html)
D.
ASTEROID
Asteroid adalah
benda langit kecil dan padat yang terdapat dalam sistem tata
surya kita.Asteroid
adalah contoh dari sejenis planet kecil (atau disebut juga planetoida), namun jauh
lebih kecil dari sebuah planet.
Asteroid berada dalam sebuah sabuk antara Mars dan Yupiter yang
disebut sabuk asteroid.
Selama 200 tahun Ceres dianggap sebagai asteroid terbesar.
Namun pada 23 Agustus 2001, telah ditemukan asteroid yang lebih besar daripada
Ceres. asteroid ini bernama 2001 KX 76, lintasan orbitnya di dekat Pluto.
Asteroid yang paling kecil mempunyai diameter beberapa puluh meter.
Sepuluh asteroid pertama yang ditemukan:
No
|
Nama
|
Penemu
|
Diameter(Km)
|
1
|
Ceres
|
Piazzi,1
Januari 1801
|
1003
|
2
|
Pallas
|
Olbers,28
Maret 1802
|
608
|
3
|
Juno
|
Harding,1
September 1804
|
250
|
4
|
Vesta
|
Olbers,29
Maret 1807
|
538
|
5
|
Astrea
|
Hencke,8
Desember 1845
|
117
|
6
|
Hebe
|
Hencke,1 Juli
1847
|
195
|
7
|
Iris
|
Hind,13
Agustus 1847
|
209
|
8
|
Flora
|
Hind,18
Oktober 1847
|
151
|
9
|
Metis
|
Graham,26
April 1848
|
151
|
10
|
Hygeia
|
De Gasparis,12
April 1849
|
450
|
E.
KOMET
Komet adalah benda angkasa yang
mirip asteroid, tetapi hampir
seluruhnya terbentuk dari gas (karbon dioksida, metana, air) dan debu yang
membeku.
Komet
memiliki orbit atau lintasan yang berbentuk elips, lebih lonjong
dan panjang daripada orbit planet.
Ciri
fisik:
• Ketika
komet menghampiri bagian-dalam Tata Surya, radiasi
dari matahari menyebabkan
lapisan es terluarnya menguap. Arus debu dan gas yang dihasilkan membentuk suatu
atmosfer yang besar tetapi sangat tipis di sekeliling komet, disebut coma. Akibat tekanan radiasi matahari
dan angin matahari pada coma
ini, terbentuklah ekor raksasa
yang menjauhi matahari.
•Coma
dan ekor komet membalikkan cahaya matahari dan bisa
dilihat dari bumi jika komet itu cukup dekat. Ekor komet berbeda-beda bentuk
dan ukurannya. Semakin dekat komet tersebut dengan matahari, semakin panjanglah
ekornya. Ada juga komet yang tidak berekor.
Komet
bergerak mengelilingi matahari berkali-kali, tetapi peredarannya memakan waktu
yang lama. Komet dibedakankan menurut rentangan waktu orbitnya. Rentangan
waktu pendek adalah kurang dari 200 tahun dan rentangan waktu yang panjang
adalah lebih dari 200 tahun. Secara umumnya bentuk orbit komet adalah elips.
Komet
terkenal
Komet
dikelompokkan atas:
· Komet periodic,yaitu komet yang
penampakannya dapat bilihat dalam selang waktu yang
teratur.Contohnya;komet Halley dengan periode 76 tahun dan
komet Encke dengan periode 3,3 tahun.
· Komet non-periodik,yaitu komet yang tidak dapat
dipekirakan penampakannya karena periodenya sangat lama.
BAB
III
AYAT
AL-QUR’AN YANG TERKAIT DENGAN MATERI
A.
Al-Fushilat
( ayat 11 )
§NèO #“uqtGó™$# ’n<Î) Ïä!$uK¡¡9$# }‘Édur ×b%s{ߊ tA$s)sù $olm; ÇÚö‘F|Ï9ur $u‹ÏKø$# %·æöqsÛ ÷rr& $\döx. !$tGs9$s% $oY÷s?r& tûüÏèͬ!$sÛ ÇÊÊÈ
11.
kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan
asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya
menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab:
"Kami datang dengan suka hati".
Melalui ayat di atas Allah menyampaikan bahwa langit
itu dahulunya berupa asap, dimana hal ini baru bisa dibuktikan pada zaman
modern ini dengan menggunakan teknologi yang canggih. Bila kita pergi ke
observatorium bintang dan kita mengarahkan teropong ke langit pasti ada asap
itu di langit. Hingga saat ini, sisa-sisa asap tersebut membentuk bintang dan
planet.
Langit bukanlah ruangan kosong tanpa isi, tempat-tempat kosong di antara
bintang-bintang sebenarnya penuh dengan perantara ajaib, di mana tidak mampu
kekuasaan manusia menghitungnya. Benda-benda yang mengisi langit antara lain:
· Meteor;
adalah benda langit yang masuk ke dalam wilayah atmosfer bumi yang
mengakibatkan terjadinya gesekan permukaan meteor dan udara dalam kecepatan tinggi.
Akibat adanya gesekan yang cepat tersebut menimbulkan pijaran api dan cahaya
yang dari kejauhan kita melihatnya seperti bintang jatuh.
· Meteorit;
adalah benda-benda di luar angkasa yang mempunyai kecepatan yang tinggi. Jumlah
meteorit di angkasa raya tidak terhitung karena sangat banyak dengan berbagai
bentuk, jenis, bahan dan kandungan, warna, sifat, dan sebagainya.
· Komet;
adalah benda langit yang mengelilingi matahari. Komet memiliki orbit garis edar
sendiri yang berbentuk sangat lonjong. Komet biasa disebut sebagai bintang
berekor karena sifatnya yang bercahaya terang dan memiliki ekor gas debu yang
sangat lonjong.
· Satelit;
adalah benda yang mengelilingi planet yang memiliki orbit peredaran sendiri.
Satelit bersama planet yang dikelilinginya secara bersama-sama mengelilingi
bintang. Bulan adalah satelit alami yang dimiliki oleh bumi yang bersama bumi
mengelilingi matahari. Sedangkan satelit Palapa, satelit B1, dan sebagainya
adalah satelit buatan manusia yang digunakan untuk tujuan tertentu, seperti
komunikasi, intelejensi, riset, dan sebagainya.
· Bintang;
adalah benda langit luar angkasa yang memiliki ukuran besar dan memancarkan
cahaya sebagai sumber cahaya. Bintang yang terdekat dengan bumi adalah
matahari. Matahari dikelilingi oleh planet-planet anggota tata surya seperti
Merkurius, Venus, Bumi, dan seterusnya.
· Planet;
adalah benda langit yang mengelilingi bintang sebagai pusat tata surya. Planet
tidak bisa menghasilkan cahaya sendiri, namun dapat memantulkan cahaya.
B.
Al-
Anbiyya ( ayat 33 )
uqèdur “Ï%©!$# t,n=y{ Ÿ@ø‹©9$# u‘$pk¨]9$#ur }§ôJ¤±9$#ur tyJs)ø9$#ur ( @@ä. ’Îû ;7n=sù tbqßst7ó¡o„ ÇÌÌÈ
33.
dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.
Dalam Al Qur’an surat Al Anbiyaa’ ayat 33 Allah telah
menegaskan bahwa matahari dan bulan beredar di dalam garis edarnya. Ini
menunjukkan bahwa matahari juga berputar pada orbitnya. Kenyataannya, baru-baru
ini para ilmuwan menemukan bahwa sesungguhnya matahari juga berputar
mengelilingi inti matahari.
Oleh karena itu, bagi pendidik muslim yang mengajarkan
fisika atau ilmu pengetahuan alam, harus berani menambahkan satu teori lagi
tentang asal-usul tata surya, yaitu teori tata surya berdasarkan ayat-ayat al
Qur’an dan menerangkan kepada siswa bahwa teori yang terakhir ini yang paling
benar. Hal ini sangat penting, agar para pelajar dan generasi muda muslim
mengetahui asal-usul tata surya yang sebenarnya dan agar lebih bertambah
keyakinannya kepada Allah dan mau berfikir atas tanda-tanda kekuasaan Allah,
sehingga lahir generasi muda muslim sejati. (http://salafytobat.wordpress.com/2012/03/14/mutiara-hadits-pekan-ini-2-2/)
3.
Yaa
Sinn ayat 38
ߧôJ¤±9$#ur “ÌøgrB 9hs)tGó¡ßJÏ9 $yg©9 4 y7Ï9ºsŒ ãƒÏ‰ø)s? Í“ƒÍ•yèø9$# ÉOŠÎ=yèø9$# ÇÌÑÈ
38.
dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha
Perkasa lagi Maha mengetahui.
Matahari
berjalan sesuai dengan perintah Allah, terbit dari arah timur dan terbenam di
arah barat sampai akhir masa. Ketika sudah mendekati hari kiamat maka matahari
akan terbit dari tempat terbenamnya, dan itulah salah satu tanda besar hari
kiamat sebagaimana telah mutawatir hadist-hadist dari Rasulullah shallallohu
‘alaihi wa sallam tentangnya. Apabila telah habis alam ini dan tiba hari
kiamat maka matahari pun digulung, seperti yang Allah firmankan :
إِذَا
الشَّمْسُ كُوِّرَتْ
“Apabila matahari digulung” (Q.S at Takwir
: 1)
Maka
matahari digulung, hilang cahayanya dan beserta rembulan dilemparkan ke dalam
Jahannam. Apabila dunia telah musnah maka hilang pula kebutuhan terhadap
keduanya.
Kesimpulannya
: bahwasannya matahari pulang-pergi berjalan pada tempat beredarnya. Tempat
beredarnya adalah sujudnya matahari di bawah ‘arsy dalam perjalanannya terbit
dan tenggelam seperti penjelasan yang telah lalu dalam hadist yang sahih.
ذلك بتقدير العزيز العليم
“Demikianlah
ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”
Yaitu ketetapan
yang telah ditentukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala baginya. (http://ngajialquran.wordpress.com/2011/05/30/tafsir-surat-yasin-ayat-38/)
BAB
IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Tata surya adalah sekumpulan benda- benda langit
yang terdiri dari bintang yang disebut dengan matahari dan benda- benda yang
mengelilinginya. Teori asal usul tata surya terdiri 5 teori yaitu teori nebula,
teori plenetesimal, teori pasang surut, teori bintang serta teori awan debu dan proto planet. Untuk
teori plenetesimal, teori pasang surut, teori bintang hampir memiliki kemiripan
dalam proses pembentukannya yaitu dimana dalam alam semesta ini sudah ada
bintang yang lebih dahulu ada kemudian bintang tersebut meledak menjaid
berkeping-keping dinama hasil ledakan tersebut menjadi planet-planet yang
sekarang ini ada.
B.
Saran
1.
Bagi para
pembaca, penulis harap makalah ini dapat menjadi pemacu untuk lebih rajin lagi
dalam menambah pengetahuan mengenai materi ini.
2.
Penulis harap
para pembaca dapat menjadikan kesalahan yang tidak sengaja telah kami buat
dalam makalah ini, dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Tjasyono, Bayong. 2009. Ilmu Kebumian dan Antariksa.
Bandung. Sekolah pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Mulyo, Agung. 2008. Ilmu Kebumian.
Bandung : Pustaka Setia
Admiranto, Gunawan. 2009. Menjelajahi
Tata Surya. Yogyakarta. Kanisius.
Rasyid. 2012. Konsep Al-Quran tentang Tata Surya. http://rasyidassaify.blogspot.com/2012/03/konsep-al-quran-tentang-tata-surya.html
( diunduh pada tanggal 27 Feb 2013 Pukul 05.39)
Anonimous. 2012. Bukti Sience Matahari Mengelilingi
garis edarya. http://salafytobat.wordpress.com/2012/03/14/mutiara-hadits-pekan-ini-2-2/
( Diunduh pada tanggal 26 Februari 2013 Pukul 16.33 )
Anonimous. 2012. Teori Asal Usul Tata Surya. http://ilmufajar.com/index.php/teori-asal-usul-tata-surya/
( Diunduh Pada tanggal 26 Februari 2013 Pukul 15.23 )
Ismadi, Zainal. 2011. Teori Asal Usul Tata Surya
dalam Al-Quran. http://ismadizainal.blogspot.com/2011/12/t-eori-asal-usul-tata-surya-dalam-al.html
(Diunduh pada taggal 27 Feb 2013 puluk 06.00)
Abdirrohman, Abu. 2011. Tafsir Surat Yasin ayat 38. http://ngajialquran.wordpress.com/2011/05/30/tafsir-surat-yasin-ayat-38/
( Diunduh pada tanggal 27 Februari 2013 pukul 06.07 )