BOSSCHA
LAPORAN
OBSERVASI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah
“Belajar dan Pembelajaran Fisika”
Dosen:Drs. Yudi Dirgantara , M.pd

Disusun Oleh :
Rizky
ulfah ijati 12102070
Shandyka G T 1210207097
Shevty Riany 1210207098
Tika Mulyasari 1210207107
Pendidikan Fisika/B/II
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2011
KATA PENGANTAR
ﺒﺴﻢﺍﷲﺍﻠﺮﺤﻤﻦﺍﻠﺮﺤﻴﻢ
Puji syukur alhamdulillah penulis persembahkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam penulis
sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus untuk menjadi rahamat bagi
seluruh alam, kepada keluarganya, sahabatnya, serta kita selaku umatnya. Tak
lupa penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
pembuatan makalah.
Makalah ini menjelaskan secara ringkas mengenai “HADITS DARI PERSFEKTIF JUMLAH PERAWI” Penulis menyadari akan kekurangan dari makalah ini.
Karena “Tak ada gading yang tak retak”. Oleh karena itu, saran dan masukan dari
berbagai pihak sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah ini dan
semoga dengan selesainya makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Bandung, Mei 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................2
A. Sejarah singkat Bosscha........................................................................2
B. Jenis perangkat
teknologi observatorium Bosscha.......................3
C. Hasil pengamatan
observatorium Bosscha......................................10
D. Keterkaitan
observatorim Bosscha dengan kurikulum................10
BAB III PENUTUP.................................................................................11
A. Kesimpulan.............................................................................................11
B. Saran........................................................................................................11
BAB I
Pendahuluan
A.
Latar
belakang
Saat ini banyak
sekali mahasiswa pendidikan fisika yang belum mengetahui pembahasan fisika
mengenai astronomi, sehingga perlu diadakan pembelajaran yang langsung ketempat
observasinya agar proses pembelajaran bisa berjalan maksimal. Selain itu, kita
bisa mengetahui alat alat untuk memperjelas konsep- konsep fisika. Sebab selama
ini mahasiswa kurang bahkan tidak tahu sama sekali terhadap alat- alat
tersebut. lebih jauhnya lagi dengan melakukan kunjungan ini kita bisa menciptakan
alat- alat sederhana untuk memperjelas konsep fisika.
B.
Tujuan
dan fungsi kunjungan lapangan
Adapun tujuan
dan fungsi kunjungan lapangan ini adalah:
1. Untuk
Memperkaya wawasan tentang konsep fisika mengenai astronomi.
2. Untuk
Menambah pengetahuan tentang alat- alat untuk memperjelas konsep fisika.
3. Untuk
Mempererat rasa persaudaraan sesama mahasiswa.
C.
Manfaat
dari kunjungan lapangan
Adapun manfaat
dari kunjungan lapangan ini kita bisa mendapatkan ilmu dan pengalaman yang selama ini belum kita ketahui dan kita
dapatkan. Sebab belum tentu kita memdapatkan semua itu dengan hanya membaca
buku.
D.
Peserta
kunjungan lapangan
Peserta dalam
kunjungan ke observatorium Bosscha dan museum iptek adalah mahasisiwa
pendidikan fisika semester genap angkatan pertama.
BAB
II
Pembahasan
A.
Sejarah
singkat Bosscha
Observatorium Bosscha (dahulu bernama Bosscha
Sterrenwacht) dibangun oleh Nederlandsch-Indische Sterrenkundige
Vereeniging (NISV) atau Perhimpunan Bintang Hindia Belanda. Pada rapat
pertama NISV, diputuskan akan dibangun sebuah observatorium di Indonesia demi
memajukan Ilmu Astronomi di Hindia Belanda. Dan di dalam rapat itulah, Karel
Albert Rudolf Bosscha, seorang tuan tanah di perkebunan teh Malabar, bersedia
menjadi penyandang dana utama dan berjanji akan memberikan bantuan pembelian
teropong bintang. Sebagai penghargaan atas jasa K.A.R. Bosscha dalam
pembangunan observatorium ini, maka nama Bosscha diabadikan sebagai nama observatorium
ini.Pembangunan observatorium ini sendiri menghabiskan waktu kurang lebih 5
tahun sejak tahun 1923 sampai dengan tahun 1928.
Publikasi internasional pertama Observatorium Bosscha
dilakukan pada tahun 1933. Namun kemudian observasi terpaksa dihentikan
dikarenakan sedang berkecamuknya Perang Dunia II. Setelah perang usai,
dilakukan renovasi besar-besaran pada observatorium ini karena kerusakan akibat
perang hingga akhirnya observatorium dapat beroperasi dengan normal
kembali.Kemudian pada tanggal 17 Oktober 1951, NISV menyerahkan observatorium
ini kepada pemerintah RI. Setelah Institut Teknologi Bandung (ITB) berdiri pada
tahun 1959, Observatorium Bosscha kemudian menjadi bagian dari Fakultas
MIPA - ITB, Observatorium Bosscha memberikan layanan bagi pendidikan sarjana
dan pascasarjana di ITB, khususnya bagi Program Studi Astronomi, FMIPA – ITB,
selain itu Observatorium Bosscha juga memiliki kegiatan pengabdian pada
masyarakat. Penelitian yang bersifat multidisiplin juga dilakukan di lembaga
ini, misalnya di bidang optika, teknik instrumentasi dan kontrol, pengolahan
data digital, dan lain-lain. Dan sejak saat itu, Bosscha difungsikan sebagai
lembaga penelitian dan pendidikan formal Astronomi di Indonesia yang dilengkapi
dengan berbagai fasilitas pendukung. Observatorium ini bukan hanya
observatorium tertua di Indonesia, tapi juga masih satu-satunya obervatorium
besar di Indonesia.
Tahun 2004, Observatorium Bosscha dinyatakan sebagai Benda
Cagar Budaya oleh Pemerintah. Karena itu keberadaan Observatorium Bosscha
dilindungi oleh UU Nomor 2/1992 tentang Benda Cagar Budaya. Selanjutnya,
tahun 2008, Pemerintah menetapkan Observatorium Bosscha sebagai salah satu Objek Vital nasional yang harus diamankan. Observatorium
Bosscha berperan sebagai homebase bagi penelitian astronomi di
Indonesia.
B.
Jenis
perangkat teknologi yang ada di observatorium Bosscha
1. Teropong
Refraktor tunggal Bamberg
Teropong
ini merupakan salah satu bangunan yang mendapatkan dana dari K.A.R Bosscha
.Rumah teropong ini pernah terkena bom pada masa perang. Perbaikannya harus
mendatangkan astronom dari Belanda. Teropong ini mempunyai dimeter lensa 37 cm,
titik api 700 cm . Dilengkapi dengan fotometer/ fotoelektrik tipe DC. Teropong
ini mempunyai fungsi mengukur skala bintang dan melihat bulan.
2. Teropong
Surya
Terpong surya
atau disebut juga teropong matahari yaitu set
teleskop dijital, yang terdiri dari 3 buah telekop Coronado dengan 3 filter
yang berbeda, serta sebuah teleskop proyeksi citra Matahari yang sepenuhnya
dibuat sendiri. Berbagai komponen teleskop dibuat sendiri kecuali teleskop
Coronado yang merupakan teleskop didesain khusus untuk keperluan pengamatan
Matahari. Fasilitas ini terdiri dari dua buah sistem teleskop, yang pertama
merupakan teleskop dijital bekerja pada 3 panjang gelombang, yaitu H-alpha,
Kalsium II, dan cahaya putih yang ditujukan untuk mengamati bintik matahari.
Teleskop kedua adalah sebuah coleostat yang ditujukan untuk membuat proyeksi
citra dan spektrum matahari secara analog. Dengan demikian keduanya dapat
berfungsi sebagai teleskop tayang-langsung (real-time), dan dapat dilihat melalui
jaringan internet. Dengan sistem ini, fasilitas ini dapat berfungsi sebagai
kolektor data ilmiah maupun sebagai sarana pendidikan publik yang cukup
efektif. Variasi kenampakan matahari dapat dimonitor dan publik diharapkan
dapat mengesani fenomena cuaca antariksa. Fasilitas Teropong Surya ini juga
dilengkapi dengan poster-poster berisi informasi tentang matahari serta
perangkat lunak World Wide Telescope yang disumbangkan oleh Microsoft Indonesia
kepada Observatorium Bosscha.
3.
Teleskop GAO-ITB
Reflektor GAO-ITB merupakan teleskop
generasi baru di Observatorium Bosscha yang diinstalasi tahun 2005 dan
sepenuhnya digerakkan dengan kontrol komputer. Teleskop ini berjenis
Schmidt-Cassegrain bermerek Celestron dengan diameter cermin 8 inchi (sekitar 20
cm). Teleskop ini berada dalam ruangan dengan atap geser.Teleskop ini merupakan
hasil kerjasama antara ITB dengan Gunma Astronomical Observatory (GAO), Jepang,
dan telah beberapa kali digunakan sebagai teleskop robotik, yaitu pengamatan
dari dua tempat jauh (Lembang-Gunma). Teleskop ini dapat digerakkan dari
Jepang, dan hasilnya disaksikan secara langsung oleh pengamat di Jepang, yang
sebagian besar adalah pengunjung umum atau siswa dan guru. Dan demikian pula
sebaliknya. Teleskop di Gunma digerakkan dari Bosscha dan hasilnya disaksikan
di Lembang, atau di kampus ITB, didukung oleh fasilitas teleconference. Karena
itu, nama lengkap teleskop ini sebenarnya adalah GAO-ITB-RTS (dengan RTS =
Remote Telescope System).Teleskop ini juga banyak digunakan untuk penelitian
mahasiswa pascasarjana astronomi.
4.
Teleskop Hilal
Teleskop Hilal yang dimaksudkan di
sini adalah teleskop kecil yang biasa digunakan untuk pengiriman tim pengamat
ke beberapa daerah di Indonesia untuk mengamati hilal 1 Ramadhan dan 1 Syawal
setiap tahunnya. Teleskop tersebut adalah refraktor William Optics dengan
diameter 6 cm dilengkapi dengan mounting Vixen Sphinx dan sebuah detektor
sederhana berupa kamera dijita Canon Powershot. Dilengkapi dengan TV Tuner ke
sebuah laptop atau desktop, maka sistem ini siap mengirimkan data berupa video
tayang-langsung.
Refraktor WO 6 cm
Terdapat 6 teleskop seperti ini di Observatorium
Bosscha dan siap membantu pemerintah untuk melakukan pengamatan hilal pada
tanggal-tanggal penting keagamaan tersebut.
5.
Teleskop Radio 2.3m
Teleskop radio Bosscha 2.3m adalah
adalah instrumen radio jenis SRT (Small Radio Telescope) yang didesain oleh
Observatorium MIT-Haystack dan dibuat oleh Cassi Corporation. Teleskop ini
bekerja pada panjang gelombang 21 cm atau dalam rentang frekuensi 1400-1440
MHz. Dalam rentang frekluensi tersebut terdapat transisi garis hidrogen netral,
sehingga teleskop ini sangat sesuai untuk pengamatan hidrogen netral, misalnya
dalam galaksi kita, Bima Sakti. Selain itu, teleskop ini dapat digunakan untuk
mengamati obyek-obyek jauh seperti ekstragalaksi dan kuasar. Matahari juga
merupakan obyek yang menarik untuk ditelaah dalam panjang gelombang radio ini.
Obyek eksotik, seperti pulsar, juga akan menjadi taget pengamatan dengan
teleskop radio ini.
Teleskop ini dapat digunakan untuk
pengamatan dalam mode spektral dengan resolusi 7,8 kHz untuk bandwidth 1,2 MHz,
atau dengan resolusi sangat tinggi 1,8 kHz namun dengan bandwidth yang jauh
lebih pendek. Mapping juga dapat dilakukan, namun dengan resolusi beam hanya
sekitar 7 derajat. Pengamatan dalam mode kontinum memberikan bandwidth selebar
40 MHz dengan bin sebesar 1 MHz. Teleskop ini diinstalasi pada puncak bekas
menara meteorologi di Observatorium Bosscha untuk mendapatkan coverage langit
yang maksimal (tanpa terhalang pepohonan). Ruang kontrol dibuat di bawahnya.
Teleskop ini, yang mendapatkan first
light pada bulan Desember 2008, menginisiasi pengembangan astronomi radio di
Indonesia dan akan terus dikembangkan menjadi interferometer radio
multi-elemen.
6. Teleskop
radio Jove
Teleskop
radio JOVE tidak lain adalah teleskop radio hasil rancangan NASA Radio JOVE
Project yang ditujukan untuk mengamati semburan radio dari Jupiter (Jupiter
noise storm) serta semburan matahari Type III pada frekuensi 20,1 MHz. Teleskop
ini menggunakan antena array berupa dual-dipole. Receiver dibuat bekerjasama
dengan Laboratorium Telekomunikasi Radio dan Gelombang Mikro, STEI, ITB. Dengan
teleskop radio ini, Observatorium Bosscha dapat turut mengikuti jaringan
pengamatan semburan Jupiter dan Matahari di dunia. Khusus untuk pengamatan
Matahari, teleskop ini menjadi pendamping pengamatan radio untuk pengamatan
optik dari Teropong Surya di Observatorium Bosscha.
7.
Teleskop Pelatihan
Sejak tahun 2003, Observatorium
Bosscha merupakan sentra pelatihan Tim Olimpiade Astronomi Indonesia di tingkat
internasional. Sejak saat itu pula, tim yang dibina oleh para staf Program
Studi dan KK Astronomi ITB ini selalu berprestasi. Secara berkala anggota tim
yang dipilih melalui seleksi di Olimpiade Sains Nasional setiap tahunnya
dilatih di Observatorium Bosscha. Peralatan yang digunakan adalah set teleskop
portable yang disediakan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Teleskop ini juga
digunakan untuk lomba observasi di Olimpiade Sains Nasional, terdiri dari
Celestron C8 dan C11 dilengkapi dengan CCD dan asesoris lainnya.
Teleskop-teleskop
ini juga digunakan oleh mahasiswa astronomi melakukan praktikum laboratorium
astronomi.
8. Teropong zeis
Teleskop ganda Zeiss 60 cm ini
berada pada satu-satunya gedung kubah di Observatorium Bosscha yang telah
menjadi landmark Bandung utara selama lebih dari 85 tahun. Bangunan teropong
ini dirancang oleh arsitek Bandung ternama, yaitu K. C. P. Wolf Schoemacher,
yang juga guru Presiden Soekarno. Teleskop dan gedung kubah ini merupakan
sumbangan dari K. A. R. Bosscha yang secara resmi diserahkan kepada Perhimpunan
Astronomi Hindia-Belanda pada bulan Juni 1928. Kubah gedung memiliki bobot 56
ton dengan diameter 14,5 m dan terbuat dari baja setebal 2 mm.
Saat ini, Teropong Ganda Zeiss 60cm
ini merupakan teleskop terbesar dan tertua di Observatorium Bosscha. Tahun
2008, teleskop ini genap berusia 80 tahun. Sampai sejauh ini, teleskop ini
masih berfungsi dengan baik berkat perawatan yang konsisten. Sistem detektor
fotografi pernah digunakan di teleskop ini sampai dengan tahun 1980-an. Sejak
awal 1990-an, teknologi detektor dijital (menggunakan CCD astronomi) mulai
digunakan di Observatorium Bosscha, untuk meningkatkan tingkat sensitifitas
pengamatan. Selain itu, instrumentasi teleskop juga terus dimodernisasi.
Teleskop ini merupakan jenis
refraktor (menggunakan lensa) dan terdiri dari 2 teleskop utama dan 1 teleskop
pencari (finder). Diameter teleskop utama adalah 60 cm dengan panjang fokus
hampir 11 m, dan teleskop pencari berdiameter 40 cm. Medan pandang teleskop
pencari adalah 1,5 derajat atau sekitar 3 kali diameter citra bulan purnama.
Medan pandang langit yang luas ini memudahkan untuk mengidentifikasi bintang
yang hendak diamati, dibandingkan dengan citra bintang di langit melalui peta
bintang. Teleskop ini dapat mengamati bintang-bintang yang jauh lebih lemah,
kurang lebih 100000 kali lebih lemah dari bintang yang dapat dilihat oleh mata
telanjang.
Instrumen
utama ini telah digunakan untuk berbagai penelitian astronomi, antara lain
untuk pengamatan astrometri, yaitu untuk memperoleh informasi posisi benda
langit secara akurat dalam orde sepersepuluh detik busur, khususnya untuk
memperoleh orbit bintang ganda visual. Hingga saat ini terdapat koleksi sekitar
10000 data pengamatan bintang ganda visual yang diperoleh dengan menggunakan
teleskop ini. Selain itu, teleskop ini juga digunakan untuk pengamatan gerak
diri bintang dalam gugus bintang. Teleskop ini juga digunakan untuk pengukuran
paralak bintang guna penentuan jarak bintang. Pencitraan dengan CCD juga
digunakan untuk mengamati komet dan planet-planet, misalnya Mars, Jupiter, dan
Saturnus. Dengan menggunakan spektrograf BCS (Bosscha Compact Spectrograph),
teleskop ini secara kontinu melakukan pengamatan spektrum bintang-bintang Be.
9.
C.
Hasil
yang sudah dilakukan dan prestasi yang pernahh diraih dalam pengamatan benda
angkas aoleh observatorium Bosscha.
Sebagai
satu-satunya Observatirium d Asia tenggara
Observatorium Bosscha memegang
peranan penting dalam penelitian, khusunya belahan bumi selatan. Penambahan dan
perbaikan beberapa jenis teropong, penambahan detektor-detektor baru serta
jurnal-jurnal baru merupakan upaya untuk memodernisasikan Observatorium ini.
Penelitian-penelitian
yang dilakukan juga semakin beragam. Secara garis besar bentuk penelitian saat
ini mencakup:
1. Survey lengan
galaksi bima sakti
2. Penelitian
bintang ganda (merupakan aktifitas rutin
yang dilakukan Observatorium Bosscha)
3. Fotometri
bintang varibel
4. Pengamatan
planet Mars
5. Pengamatan
komet haley
6. Katakris
variabel katalisme
Adapun tentang
prestasi penemuan di Observatorim Bosscha,
menerut sumber yang kami dapatkan
bahwa Observatorium Bosscha ini belum pernah menemukan hal baru dikarnakan
negara-negara lain mempunyai alat yang lebih canggih dari pada kita sehingga
kita hanya tergantung pada apa yang
mereka perintahkan.
D.
Observatorium
Bosscah kaitan dan relevansi dengan kurikulum di sekolah khususnya kurikulum
SMP
Observatorium
Bosscha ini merupakan sarana pembelajaran tentang tata surya. Diman siswa ini, khususnya siswa SMP yang
cara pembelajaranya masih semi abstrak sehingga proses pembelajaranyapun harus di sertai dengan observasi langsung ke tempat yang bersangkutan.
BAB III
PENUTUPAN
A.
Kesimpulan
Observatorium Bosscha merupakan satu-satunya observatorium terbesar
di Indonesia yang berfungsi untuk
meneliti dan mengamati benda langit yang berada di langit bagian selatan.
B.
Saran
11Perkembangan
pemukiman di daerah Lembang dan kawasan Bandung Utara yang tumbuh laju pesat
membuat aktivitas pengamatan bintang terganggu. Cahaya dari kawasan pemukiman
yang terhambur ke angkasa membuat langit menjadi lebih terang. Semakin lama,
cahaya bintang yang redup semakin kalah oleh cahaya lampu. Sehingga
observatorium yang pernah disebut-sebut sebagai observatorium satu-satunya di
kawasan khatulistiwa ini menjadi terancam keberadaannya.
Inilah aset
Negara dan Dunia yang harus tetap kita pelihara dan kita jaga agar
Observatorium Bosscha tetap bekerja sesuai fungsinya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar