BAB 7
INTEGRAL LIPAT
A. PENDAHULUAN
Dalam kalkulus dasar kita telah
membahas sejumlah penggunaan integral seperti menghitung luas dan volume benda
putar. Dalam bab ini kita akan membahas penggunaan integral yang lain, baik
integral tunggal maupun integral lipat. Kita akan membahas kedua macam integral
ini dalam kaitannya dengan perhitungan besaran fisika, misalnya menghitung
massa, volume, momen inersia, titik berat, dan sebagainya. Di samping itu,
dibahas pula transformasi koordinat pada variabel integrasi dengan
memperkenalkan konsep Jacobian. Konsep ini sangat penting dipelajari sebagai
upaya untuk memudahkan perhitungan integral lipat.
B. INTEGRAL LIPAT DUA DAN TIGA
Gambar 7.1 menunjukkan kurva y
= f(x). Dalam kalkulus telah diketahui bahwa luas daerah di bawah kurva
dinyatakan dalam bentuk integral berikut.
Luas=
(7.1)

Seperti diketahui, definisi
integral adalah limit dari jumlah. Artinya, luas di bawah kurva pada Gambar 7.1
dapat didekati dengan penjumlahan dari persegi-persegi panjang yang lebarnya Dx. Secara geometris, jika persegi-persegi
panjang tersebut diperbanyak dengan membuat Dx®0 maka jumlah luas
persegi-persegi panjang panjang tersebut akan cenderung sama dengan luas daerah
di bawah kurva.
Dari uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa

sebagai limit dari jumlah luas
persegi-persegi panjang pada Gambar 7.1. Sehingga (7.1) dapat digunakan untuk
menghitung luas di bawah kurva.
![]() |
Gambar 7.1
uraian di atas dapat dikembangkan
untuk menghitung volume benda, katakanlah silinder di bawah permukaan z=f(x,y),
seperti tampak pada Gambar 7.2. Mula-mula bidang xy dibagi menjadi
beberapa luasan kecil sebesar DA = (Dx)(Dy).
Dari setiap luasan ini dibentuk kotal vertikal ke atas sampai permukaan
z=f(x,y). Seperti pada pembahasan luas daerah di bawah kurva, volume silinder
ini dapat didekati dengan jumlah seluruh volume kotak. Jika jumlah kotak-kotak
kecil ini ditambah dengan membat Dx dan Dy ® 0, maka
secara geometris jumlah seluruh volume kotak akan cenderung mendekati volume
silinder yang sebenarnya. Integral lipat dua dari f(x,y) meliputi seluruh
luasan A dalam bidang xy tidak lain merupakan pendekatan dari jumlah luasan DA= (Dx)(Dy).
Hal ini dapat dinyatakan dalam ungkapan


|
Gambar 7.2
Pernyataan (7.1) dikenal dengan
integral lipat dua. Sekarang kita akan membahas beberapa contoh perhitungan.
Contoh Soal 7.1
Tentukan volume benda padat di
bawah bidang z = 1 + y yang dibatasi oleh bidang koordinat dan bidang vertikal
2x + y = 2 (Gambar 7.3).

Gambar
7.3 Gambar
7.4
Penyelesaian:
Volume benda dapat dihitung
dengan integral lipat dua, yaitu

dengan A menunjukkan luas
segitiga yan diarsir pada bidang xy. Perhatikanlah bahwa A ditunjukkan
pula dalam Gambar 7.4(a) dan 7.4(b). Kita akan menghitung integral lipat dua
ini dengan dua cara.
Pertama, mula-mula luas segitiga
A dibagi menjadi beberapa luasan kecil DA=(Dx) (Dy).
Luasan kecil ini selanjutnya akan menjadi luas alas bagi kolom vertikal dengan
tinggi z. Kita akan menghitung jumlah seluruh volume kolom ini.
Mula-mula semua kolom dijumlahkan untuk nilai x tetap [Gambar 7.4(a)]
sehingga menghasilkan lapisan volume tipis dengan ketebalan Dx.
Langkah ini sama saja dengan mengintegralkan terhadap y (x tetap) dari y = 0 ke
y pada garis 2x + y = 2, yaitu y = 2 – 2x. Diperoleh

Hasil ini sama dengan luas
lapisan tipis pada Gambar 7.3. Volume lapisan ini sama dengan luas lapisan
dikalikan dengan Dx. Sekarang kita dapat
menjumlahkan seluruh volume dari masing-masing lapisan tipis. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengintegralkan (7.3) terhadap x dari x = 0 ke x = 1 :

Langkah penyelesaian sebagaimana
telah diuraikan di atas dapat dituliskan sebagai

Ungkapan (7.4) dikenal dengan
istilah integral berulang. Integral lipat biasanya dihitung dengan menggunakan
integral berulang.
Kedua, sebagai alternatif kita
dapat pula menjumlahkan volume z(DA) dengan integral pertama
terhadap x [untuk y tetap, Gambar 7.4(b)] dari x = 0 ke x = 1 – y/2. Ini
menghasilkan lapisan tipis yang tegak lurus terhadap sumbu y [Gambar 7.3(b)].
Langkah selanjutnya adalah menjumlahkan seluruh volume lapisan dengan
mengintegralkan terhadap y dari y = 0 ke y = 2 [Gambar 7.4(b)]. Diperoleh,



Hasil ini sama dengan nilai yang
telah diperoleh sebelumnya. Dengan demikian, kita bebas memilih salah satu dari
dua metode yang telah dikembangkan di atas untuk menghitung integral lipat
dengan menggunakan integral berulang.
Seringkali salah satu dari dua
metode di atas lebih mudah digunakan dibandingkan dengan yang lain. Kita dapat
meilih metode yang paling mudah. Untuk memutuskan metode yang dipilih,
perhatikan sketsa luas A berikut ini. Kita akan menghitung

Dalam setiap kasus, kita
menggabungkan segiempat kecil-kecil dxdy sehingga membentuk pita ipis,
kemudian menjumlahkan seluruh pita ini untuk menghasilkan luas daerah yang
diinginkan.
Untuk menghitung daerah yang
ditunjukkan pada Gambar 7.5, kita mengintegralkan terhadap y terlebih
dahulu. Kurva y2(x) dan y1(x) pada daerah A
merupakan persamaan yang diketahui. Sedangkan batas x = a dan x
= b dapat berupa garis vertikal atau titik tertentu. Kita akan mendapatkan
bentuk integral berikut.




|
Gambar 7.5
Untuk menghitung daerah yang
ditunjukkan pada Gambar 7.6, kita mengintegralkan terhadap x terlebih
dalu. Kurva x1(y) dan x2(y) pada daerah A merupakan
persamaan yang diketahui. Sedangkan batas y = c dan y = d dapat berupa garis
horizontal atau titik tertentu. Kita akan mendapatkan bentuk integral berikut.

![]() |
|||||
![]() |
![]() |
||||
|
Gambar 7.6
Untuk menghitung daerah yang ditunjukkan pada Gambar 7.7, kita
akan mengintegralkan salah satu dari ungkapan berikut:

atau

![]() |
Gambar 7.7
Perlu diketahui, semua daerah A
yang ditunjukkan pada Gambar 7.7 memenuhi persyaratan untuk rumus (7.6) dan
(7.7). JIka f(x,y) dapat dinyatakan sebagai perkalian dua fungsi,
katakanlah f(x,y)=g(x) h(y), maka

Contoh Soal 7.2
Hitunglah massa sebuah plat
segiempat yang dibatasi oleh x = 0,x=2, y=0, dan y=1, jika kerapatannya
(massa per satuan luas) adalah f(x,y)=xy.
Penyelesaian:
Massa segiempat kecil dengan luas
DA=DxDy adalah f(x,y) DxDy.
Kita dapat menjumlahkan seluruh massa DA, yaitu dM = xy dxdy.
Besaran dM ini disebut sebagai elemen massa. Dengan demikian,

Itegral lipat tiga dari f(x,y,z)
meliputi seluruh volume V ditulis sebagai

didefinisikan pula sebagai limit
jumlah dan dihitung dengan integral berulang. Sebagai ilustrasi perhitungan
integral volume, perhatikan Contoh Soal 7.3 berikut ini.
Contoh Soal 7.3
Hitunglah volume benda pada
Gambar 7.2 dengan menggunakan integral lipat tiga.
Penyelesaian:
Untuk menyelesaikan soal ini,
bayangkan benda tersebut dipotong-potong menjadi kotak-kotak kecil dengan
volume DxDyDz, sehingga diperoleh elemen
volume dxdydz. Mula-mula jumlahkan volume dari kotak-kotak kecil itu
sehingga diperoleh volume kolom. Ini berarti mengintegralkan terhadap z
dari 0 ke 1 + y dengan x dan y tetap. Selanjutnya kita
menjumlahkan seluruh volume kolom tersebut untuk memperoleh lapisan volume.
Akhirnya, kita menjumlahkan seluruh lapisan volume ini untuk menghasilkan
volume benda yang diinginkan. Oleh karena itu,

sebagaimana hasil sebelumnya.
Contoh Soal 7.4
Hitunglah massa benda padat pada
Gambar 7.3, jika kerapatannya (massa per satuan volume) adalah x + z.
Penyelesaian:
Elemen massa adalah dM = (x+z)dxdydz
sehingga

C. PENERAPAN INTEGRAL
Banyak besaran fisika yang dapat
ditentukan nilainya dengan integral. Pada bagian ini akan dibahas beberapa
contoh soal sebagai ilustrasi untuk menentukan sebuah besaran fisika. Ide dasar
yang digunakan untuk membahas soal-soal ini adalah integral merupakan “limit
dari jumlah”. Oleh karena itu, suatu besaran fisika, katakanlah volume, muatan,
dan momen inersia, dapat dibagi-bagi ke dalam sejumlah potongan-potongan kecil
yang disebut elemen. Kita menuliskan rumus pendekatan untuk volume, muatan, dan
momen inersia dari elemen tersebut, kemudian menjumlahkan meliputi seluruh
elemen dari objek. Limit dari penjumlahan ini adalah nilai integral dan
menunjukkan besaran fisika yang diinginkan.
Contoh
Soal 7.5
Diberikan kurva y = x2
dari x = 0 ke x = 1. Hitunglah
a. Luas di bawah kurva, yaitu daerah
yang dibatasi oleh kurva, sumbu x, dan garis x=1 (Gambar 7.8).
b. Massa dari luas bidang pada
jawaban a, jika kerapatannya (massa per satuan luas) adalah xy.
c. Panjang kurva.
d. Dari jawaban a, tentukan pusat
massanya.
e. Dari jawaban c, tentukan pusat
massanya.
f. Momen inersia terhadap sumbu
putar x, y, dan z.
Penyelesaian:
a. Luas di bawah kurva diberikan
oleh

Sebagai alternatif, kita dapat
menghitung luas di bawah kurva dengan integral lipat dua dari elemen luas dA=dydx
(Gambar 7.8). Diperoleh


Gambar
7.8 Gambar
7.9
b. Elemen luas, sebagaimana telah
digunakan dlam jawaban a, adalah dA = dydx. Karena kerapatan r = xy
sehingga elemen massa dM=xy dxdz. Dengan demikian,

Perhatikan bahwa kita dapat
menyelesaikan soal ini dengan integral tunggal, sebab kerapatan r
bergantung pada x dan y.
c. Elemen panjang busur ds
didefinisikan seperti ditunjukkan pada Gambar 7.8 dan Gambar 7.9, yaitu
ds2
= dx2 + dy2 (7.11)
atau

Dengan
demikian, kita dapat menghitung panjang busur dari kurva y = f(x) antara
a dan b dengan integral berikut

Perhatikan
bahwa dalam perhitungan ini telah digunakan tabel integral berikut.

d. Dalam fisika dasar, koordinat
pusat massa
diberikan
oleh persamaan


dengan
dM menyatakan elemen massa dan integral meliputi selurh benda. Meskipun
rumus koordinat pusat massa berbentuk integral tunggal, tetapi dalam
kenyataannya dapat berupa integral tunggal, lipat dua, atau lipat tiga
bergantung pada permasalahan yang dihadapi serta metode penyelesaiannya.
Mengingat
konstan
sehingga kita dapat mengeluarkannyadari tanda integral. Di samping itu, untuk
kasus sederhana Persamaan (7.14) dapat diselesaikan dengan mudah. Sebagai
contoh, untuk benda berupa bidang datar yang berada pada bidang xy maka
=0.
Elemen massa dM = rdA = rdxdy, dengan r
menyatakan kerapatan (dalam hal ini massa per satuan luas). Substitusi r ke
dalam ungkapan (7.14) dan mengintegralkan kedua ruas akan menghasilkan
koordinat pusat massa. Untuk r konstan, integral pertama
Persamaan (7.14) menjadi



Dengan
cara yang sama, untuk r konstan dapat dihilangkan dari
semua integral pada persamaan (7.14).
Pada
contoh soal ini, kita mempunyai


Tetapi
A = 1/3 sehingga diperoleh
=3/4
dan
=3/10.


e. Pusat massa panjang busur
dari
kurva y = f(x) diberikan oleh persamaan


dengan
r adalah kerapatan (massa per satuan panjang). Jika r
konstan, persamaan (7.15) menjadi

dengan
ds diberikan oleh ungkapan (7.12). Dalam soal ini, kita mempunyai

Dengan
menggunakan rumus integral

dan

sebagai
latihan, tentukan nilai
dan
.


f. Momen inersia I dari massa
m yang berjarak l dari sumbu putar dirumuskan sebagai I = ml2.
Untuk benda yang bukan terdiri dari titik-titik massa diskret, melainkan
memiliki sebaran massa yang malar, rumus ini menjadi bentuk integral. Kita
bayangkan benda dibagi-bagi menjadi elemen-elemen massa kecil dM. Jika
jarak elemen massa ini ke sumbu puta adalah l, maka

Dalam
contoh soal ini kerapatan r = xy, sehingga dM = xy
dydx. Jarak dM terhadap sumbu x dan y berturut-turut
adalah y dan x (Gambar 7.10). Sedangkan jarak dM terhadap
sumbu z adalah
(sumbu
z tegak lurus bidang gambar). Oleh karena itu, diperoleh 3 momen inersi
terhadap sumbu koordinat, yaitu


Gambar
7.10

Dengan
menggunakan besaran massa M = 1/12 [lihat jawaban b], maka

Contoh Soal 7.6
Putarlah daerah pada Contoh Soal
7.5 terhadap sumbu x sehingga membentuk volume dan permukaan benda
putar, kemudian hitunglah
a. Volume benda putar,
b. Momen inersia benda terhadap
sumbu x, jika kerapatannya konstan,
c. Luas permukaan kurva,
d. Pusat massa permukaan kurva.
Penyelesaian:
a. Cara yang paling mudah untuk
memperoleh volume benda putar adalah mengambil elemen volume berbentuk lapisan
tipis sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7.11. Lapisan ini mempunyai ketebalan
dx dan tampang lintang berbentuk lingkaran dengan jari-jari y
sehingga elemen volume dV = py2 dx. Dengan demikian,
|

![]() |

Gambar 7.11 Gambar
7.12
Sebagai
alternatif, soal ini dapatpula diselesaikan dengan menggunakan integral rangkap
tiga. Jika kurva y=f(x) diputar terhadap sumbu x, setiap titik
pada kurva akan mengelilingi lingkaran dengan jari-jari f(x) yang
sejajar dengan bidang xy. Dengan demikian, diperoleh persamaan
lingkaran.

Ini
tidak lain merupakan persamaan permukaan kurva. Untuk f(x) = x2, kita
mempunyai
y2
+ z2 = x4 (7.18)
seperti
telah diuraikan di depan, dalam melakukan integral lipat tiga, lapisan tipis dx
dipotong-potong menjadi kotak-kotak kecil sehingga diperoleh elemen volume dxdydz
(Gambar 7.11 dan 7.12). Dengan demikian,

sebagaimana
telah diperoleh sebelumnya.
b. Untuk memperoleh momen inersia
benda terhadap sumbu x, kita melakukan integral l2,
dengan l adalah jarak dM ke sumbu x. Karena sumbu x
tegak lurus bidang gambar, maka l2 = y2 + z2.
(Gambar 7.12). Mengingat kerapatan konstan, sehingga besraan r
dapat ditulis di luar integral. Dengan demikian,

Dari
jawaban a diperoleh V = p/5 sehingga

Dengan
demikian,

c. Elemen luas permukaan kurva
ditunjukkan pada Gambar 7.13, yaitu dA = 2pdyds. Dengan demikian,

![]() |
Gambar
7.13
d. Dengan sifat simetri dapat
dipahami bahwa
=0
dan
=0.
Untuk
dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.




Atau,
mengingat dA = 2py ds dan luas total A dari
jawaban c, diperoleh

D. PERUBAHAN VARIABEL DALAM INTEGRAL
Di dalam matematika dikenal
bermacam-macam sistem koordinat. Pilihan sistem koordinat yang digunakan
bergantung pada persoalan yang dihadapi. Sebagai contoh, untuk gerak dalam
bidang datar kita lebih mudah menggunakan sistem koordinat polar, sedangkan
untuk tiga dimensi biasanya digunakan sistem koordinat silinder atau bola. Oleh
karena itu, perlu diketahui transformasi (alih bentuk) antara sistem koordinat
kartesian dengan sistem koordinat silinder atau bola. Dengan demikian, kita
dapat merumuskan elemen panjang busur, elemen luas, dan elemen volume dalam
sebuah sistem koordinat silinder atau bola. Sebagai ilustrasi, kita akan
membahas transformasi dari koordinat polar r, q ke
koordinat kartesian x,y. Sebagaimana diketahui, hubungan antara keduanya
diberikan oleh persamaan
x = r cosq,
y = r sinq (7.19)
Dalam koordinat polar, elemen
luas ditunjukkan pada Gambar 7,14, yaitu segi empat dengan sisi rdq
dan dr. Sehingga
dA = rdrdq (7.20)

Gambar 7.4
Demikian pula elemen panjang
busur ds diperlihatkan pada Gambar 7.15, yaitu

![]() |
Gambar 7.15
Demikian pula elemen panjang
busur ds diperlihatkan pada Gambar 7.15, yaitu
Contoh Soal 7.7
Gambar 7.16 menunjukkan bahan
tipis berbentuk setengah lingkaran dengan jari-jari a dan kerapatan
konstan r. Hitunglah
a. pusat massa bahan,
b.
momen
inersia bahan terhadap sumbu putar y.

|
Gambar
7.16
Penyelesaian:
a. Pada Gambar 7.16, dengan melihat
simetri maka
=
0 Untuk menghitung
digunakan
rumus sebagai berikut:



Dengan
mengubah ke dalam koordinat polar, diperoleh

Perhitungan
integral ini menghasilkan

atau

b. Momen inersia terhadap sumbu
putar y diberikan oleh persamaan

Dalam
koordinat polar dM = rdA = rrdrdq, dengan r
konstan. Dengan demikian,

Mengingat

sehingga,

Dalam fisika, untuk persoalan
tiga dimensi yang berbentuk simetri silinder atau simetri bola sebenarnya dapat
diselesaikan dengan sistem koordinat kartesian. Tetapi dalam banyak hal
penyelesaiannya menjadi terlalu rumit. Untuk mengatasi penyelesaian yang rumit
ini biasanya dilakukan transformasi sistem koordinat dari kartesian ke silinder
atau bola. Dengan alasan ini, di samping sistem koordinat kartesian dibahas
pula sistem koordinatif silinder dan bola. kedua sistem koordinat ini,
bersama-sama dengan sistem koordinat kartesian akan dibahas lebih mendalam
untuk menjelaskan kesamaan dan perbedaannya.
![]() |
![]() |
![]() |
|||
(a) Kartesian (b) Silinder (c) Bola
Gambar 7.17
Gambar 7.17 menunjukkan titik P
yang dinyatakan dalam tiga sistem koordinat, (x,y,z) dalam koordinat
kartesian, (r,f,z) dalam koordinat silinder, dan (r,q,f) dalam koordinat bola. Urutan
penulisan koordinat ini penting dan harus diikuti dengan konsisten. Sebagai
contoh, sudut f muncul pada koordinat silinder
dan bola. Dalam koordinat silinder f muncul pada urutan kedua,
sedangkan dalam koordinat bola f muncul pada urutan ketiga.
Simbol r digunakan baik dalam koordinat silinder maupun bola, tetapi
menjelaskan dua hal yang sangat berbeda. Dalam koordinat silinder, r
menyatakan jarak titik terhadap sumbu z, sedangkan dalam koordinat bola r
menunjukkan jarak titik terhadap titik asal.
Dari Gambar 7.17 di atas, tampak
bahwa kaitan antara koordinat kartesian (x,y,z) dengan koordinat
silinder (r,f,z) adalah
x = r cosq,
y = r sinq,
z = z. (7.22)
Demikian pula kaitan antara
koordinat kartesian (x,y,z) dengan koordinat bola (r,f,z) diberikan oleh persamaan

Sebuah titik merupakan
perpotongan antara tiga permukaan ortogonal (Gambar 7.18). Dalam koordinat
kartesian, permukaan itu berupa bidang datar takhingga untk x = konstan,
y = konstan, dan z = konstan. Dalam koordinat silinder, z
= konstan adalah permukaan yang sama pada koordinat kartesian. Untuk f = konstan berbentuk separo
bidang datar yang dibatasi sumbu z, sedangkan r = konstan
berbentuk silinder tegak dengan penampang lingkaran. Ketiga permukaan ini
selalu ortogonal, dan perpotongannya merupakan kedudukan titik P. Dalam
koordinat bola, f = konstan adalah (separo) bidang
datar yang sama seperti pada koordinat silinder, r = konstan adalah
permukaan bola yang berpusat di titik asal, dan q = konstan adalah suatu kerucut
lingkaran tegak dengan posor sumbu z dan berpuncak pada titik asal.
Perhatikan bahwa sudut q terbatas pada nilai 0 ≤ q ≤ p.
![]() |
![]() |
||||
![]() |
|||||
|
(a) Kartesian (b) silinder (c) bola
Gambar 7.18
Jika koordinat titik P
dikembangkan pada (x + dx, y + dy, z + dz) atau (r + dr, f
+ df, z + dz) atau (r + rd, q
+ dq, f
+ df), akan terbentuk elemen volume
dari masing-masing sistem koordinat (Gambar 7.19). elemen volume untuk
masing-masing sistem koordinat berturut-turut dirumuskan sebagai
dV = dxdydz (kartesian),
dV = rdrdfdz (silinder)

Gambar 7.19
Untuk elemen panjang busur ds
beruturut-turut diberikan oleh
ds2 = dx2 +
dy2 + dz2 (kartesian), (7.25)
ds2 = dr2 +
r2 df2 + dz2 (silinder),
ds2 = dr2 +
r2 dq2 + r2 sin2 qsf2 (bola).
Untuk koordinat polar, silinder,
dan bola, kita telah mempelajari bagaimana menentukan elemen luas dan eleen
volume secara geometris. Ada metode yang lebih mudah untu memperoleh kedua
elemen ini, khususnya untuk sistem koordinat yang selama ini tidak dikenal
dengan baik. Metode ini berkaitan dengan pengertian Jacobian. Diandaikan
koordinat kartesian x,y dapat dinyatakan dalam variabel baru s,t.
Jacobian x,y terhadap s,t dinyatakan dalam ungkapan berikut ini.

Elemen luas dydx dalam
pernyataan s,t asdalah
dA =
(7.27)

dengan
adalah
nilai mutlak dari Jacobian pada ungkapan (7.26).

Sebagai contoh, kita akan menghitung
Jacobian koordinat kartesian x,y terhadap koordinat polar sekaligus
membuktikan bahwa hasil (7.20) dapat diperoleh dengan metode ini. Dari (7.26)
diperoleh

Oleh karena itu, menurut (7.27)
elemen luas dalam koordinat polar adalah rdrdq.
Ini merupakan hasil yang telah diperoleh sebelumnya [Persamaan (7.20)].
Penggunaan Jacobian dapat
dikembangkan untuk 3 variabel. Kita akan merumuskan teorema umum Jacobian untuk
tiga variabel ini. Diandaikan kita mempunyai integral lipat tiga :

dengan variabel u, v, w dihubungkan
dengan variabel lain r, s,t dalam bentuk
u = u(r,s,t), v = v(r,s,t),
w=w(r,s,t).
Jika

merupakan Jacobian u, v, w terhadap
r, s, t, maka dalam variabel baru integral lipat (7.29) dapat dituliskan
sebagai

Tentu saja, f dan J
harus dinyatakan dalam variabel r, s, t, dan batas integralnya harus
disesuaikan dengan variabel baru. Kita dapat menggunakan (7.30) untuk
membuktikan elemen volume dalam sistem koordinat silinder dan bola [Persamaan
(7.24)]. Sebagai contoh, kita akan menentukan elemen volume untuk koordinat
bola. dari (7.23) diperoleh,

=

Dengan demikian, elemen volume
dalam koordinat bola adalah dV = r2 sin qdrdqdf. Ini sama dengan hasil yang telah
diperoleh sebelumnya [Persamaan (7.24)].
Contoh Soal 7.8
Sebuah benda berbentuuk kerucut
mempunyai tinggi h, jari-jari alas r, dan kerapatan r
konstan (Gambar 7.20). JIka h = r, hitunglah
a. Pusat massa
,

b. Momen inersia kerucut terhadap
sumbu z.
![]() |
Gambar 7.20
Penyelesaian:
a. Sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 7.20, persamaan kerucut dalam koordinat silinder adalah r = z. Elemen
massa dM = rdV = rrdrdqdz,
dengan r
adalah kerapatan (konstan). Dengan demikian,

Pusat
massa dihitung dengan integral berikut.

b. Momen inersia terhadap sumbu z
adalah

Tetapi
M = rph3 /3, sehingga

Contoh Soal 7.9
Tentukan momen inersia bola pejal
dengan jari-jari R terhadap diameternya.
Penyelesaian:
Dalam koordinat bola, persamaan
bola adalah r = R. Sehingga massa bola M adalah

Momen inersia terhadap sumbu z
adalah

Atau, dengan menggunakan nilai
M, diperoleh

Contoh Soal 7.10
Tentukan momen inersia terhadap
sumbu putar z dari ellipsoid pejal

Penyelesaian:
Kita akan menghitung

dengan integral rangkap tiga
meliputi seluruh volume ellipsoid. Dengan melakukan perubahan variable x=ax’,
y= by’, z=cz’, maka x’2 + y’2 + z’2
= 1. Sehingga integral berubah menjadi integral seluruh volume bola dengan
jari-jari 1. Dengan demikian,

Dengan menggunakan (7.34),
diperoleh

Dengan cara yang sama,

Di sini integral lipat tiga
meliputi selurh volume bola dengan jari-jari 1. Berdasarkan sifat simetri
diperoleh

dimana r’2 = x’2
+ y’2 + z’2, degan r’ = 1. Dengan menggunakan
system koordinat bola diperoleh

Dengan demikian,

atau,

SOAL-SOAL
1. Hitunglah integral lipat dua
berikut ini.
a.
dengan A adalah daerah
segitiga yang titik-titik sudutnya (0,0), (2,1), dan (2,0).

b.
dengan A adalah daerah yang dibatasi oleh parabola y = x2 dan garis lurus 2x – y
+ 8 = 0.

c.
meliputi daerah yang dibatasi oleh y = ln x, y = e +1 – x, dan
sumbu x.

d. 

e. 

2. Hitunglah volume benda yang
dibatasi oleh permukaan z = 0, x2
+ y2 = 1, dan x + y + z = 3.
3. Hitunglah volume benda yang
dibatasi oleh permukaan bola x2
+ y2 + z2 = 4, dan parabolaida x2 + y2 = 3z.
4. Bahan tipis berbentuk segiempat
mempunyai titik-titik sudut (0,0), (0,2), (3,0), dan (3,2). Jika kerapatan
bahan xy, hitunglah
a. massa benda M,
b. koordinat pusat massa 

c. momen inersia terhadap sumbu x dan sumbu y,
d. momen inersia terhadap sumbu yang
melewati pusat massa dan sejajar dengan sumbu z.
5. Nyatakan integral

sebagai integral dalam koordinat
polar, kemudian tentukan nilainya.
6. Tentukan Jacobian ¶(x,y)/ ¶(u,v) dari variabel (x,y)
ke variabel (u,v), jika

7. Dengan menggunakan transformasi
koordinat u = x2 – y23,
v = 2xy hitunglah integral berikut.

8. Buktikan bahwa

9. Tentukan (a) volume dan (b) pusat
massa daerah A yang dibatasi oleh silinder parabolik z = 4 – x2 dan
bidang-bidang x = 0, y = 6, dan z = 0, jika kerapatannya sebesar r
konstan.
10. a. Dengan mengganti variabel u = y/x, v= x + y, hitunglah

b. Dengan mengganti variabel u = x – y, v = x + y, hitunglah


saya boleh minta filenya? soalnya gk jelas kalau gkada gambarnya..
BalasHapusMaaf saya boleh minta filenya? Soalnya gambarnya tidak ada
BalasHapus